Dalam sambutannya, Wapres Gibran juga menyoroti pentingnya pengajaran kodifikasi, programming, dan digital marketing di sekolah-sekolah. Walaupun hal ini mengindikasikan kesadaran akan kebutuhan untuk membekali generasi muda dengan keterampilan yang relevan, kita perlu mempertanyakan sejauh mana kesiapan infrastruktur pendidikan, kurikulum, dan pelatihan guru untuk mendukung pengajaran materi-materi ini. Tanpa dasar yang kuat, upaya ini berpotensi menjadi lebih banyak bencana daripada berkah.
Meskipun mempelajari keterampilan digital seperti coding dan digital marketing mungkin terdengar seperti langkah positif, kita harus kritis terhadap urgensi dan kebutuhan materi tersebut dalam konteks pendidikan nasional.
Pertama-tama, perlu dipertimbangkan sejauh mana siswa akan menggunakan keterampilan ini di tingkat lokal, terlebih di daerah-daerah yang masih kekurangan akses internet dan teknologi dasar. Apakah siswa di daerah terpencil akan mendapatkan manfaat yang sama dibandingkan siswa di kota-kota besar?
Tanpa memperhatikan kesenjangan substansial seperti ini, pengajaran materi yang bersifat "trendi" dapat menjadi tidak relevan dan hanya memperburuk ketidakmerataan pendidikan.
Selain itu, kita juga harus mengevaluasi apakah pengenalan materi ajar baru ini efektif terintegrasi dalam kurikulum yang sudah ada, yang seringkali sudah padat dan mungkin tidak memberikan ruang bagi pendekatan baru.
Apakah pengajaran coding dan digital marketing hanya akan menjadi pelajaran tambahan yang terisolasi, ataukah akan ada integrasi holistik yang berkelanjutan dengan mata pelajaran lain? Tanpa strategi yang jelas dan dukungan yang cukup dalam hal pelatihan guru dan bahan ajar yang sesuai, upaya tersebut justru bisa dianggap sebagai pemaksaan dan berisiko kehilangan esensi pendidikan itu sendiri, yang seharusnya tetap berfokus pada pengembangan karakter dan pemahaman dasar yang kuat.
Pendidikan Karakter: Fundasi untuk Masa Depan
Tak dapat dipungkiri bahwa kondisi saat ini memerlukan generasi yang tidak hanya pintar secara akademis, tetapi juga berkarakter dan bermoral. Inisiatif pengajaran karakter sejak usia dini harus menjadi prioritas. Sebelum membicarakan hal-hal yang bersifat teknis dan modern, kita perlu memastikan bahwa anak-anak kita tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab dan dapat menghormati norma-norma sosial.
Sangat penting untuk menekankan bahwa pendidikan karakter dan budi pekerti seharusnya menjadi perhatian utama, terutama dalam konteks perkembangan anak di era digital ini. Generasi muda yang cerdas dalam bidang teknologi tanpa diimbangi dengan nilai-nilai moral dan etika yang kuat berpotensi menciptakan individu yang hanya mementingkan keuntungan pribadi, meskipun dengan ilmu pengetahuan yang tinggi.
Jika hanya fokus pada keterampilan seperti coding dan digital marketing tanpa pembentukan karakter, kita berisiko menghasilkan individu-individu yang "aji mumpung," yang dapat memanipulasi ilmu pengetahuan mereka untuk merugikan orang lain atau bahkan masyarakat secara luas. Hal ini tentu bukanlah tujuan pendidikan yang sejati.
Selain itu, pendidikan karakter dapat menjadi penyeimbang dalam penggunaan teknologi yang semakin canggih. Dengan mengedepankan nilai-nilai seperti integritas, empati, dan tanggung jawab, kita berharap generasi muda dapat memanfaatkan keterampilan digital mereka untuk tujuan yang lebih positif dan konstruktif.