Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Cerita Tuak dan Geng di Tanah Merah

23 November 2024   18:00 Diperbarui: 23 November 2024   20:40 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Suara-suara tawa di kedai itu perlahan menghilang. Semua orang sadar bahwa mereka juga bagian dari permainan ini. Mereka takut jika ada Fenga berikutnya yang dengan berani mengungkapkan kebenaran yang tidak nyaman.

Mereka pun menjadi saksi bahwa terkadang, kegilaan dan mabuk-mabukan hanyalah cara untuk menutupi rasa takut yang lebih besar. Dalam kegelapan kedai itu, mereka mulai berbagi kisah yang lebih dalam, bukan hanya tentang geng dan preman, tapi tentang bagaimana hidup dalam satu komunitas sering kali berarti saling melindungi, bukan hanya dari lawan, tetapi juga dari diri sendiri.

Dan di sinilah, di tengah tawa dan kesedihan, semua orang belajar, bahwa kadang-kadang, tertawa adalah cara terbaik untuk mengungkapkan ketidakadilan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun