Dalam suasana penuh syukur, keluarga Henricus dan Maria merayakan cinta yang terus bertumbuh, berharap agar generasi berikutnya dapat belajar dari kisah yang mereka bangun, serta meneruskan warisan kasih sayang yang telah terukir erat dalam keluarga mereka. Ketiga cucu mereka, Michaela, Gabriela, dan Rafaela, bersama kedua orang tua mereka Mas Hema dan Mbak Lindi nampak ceria dan bersemangat, di tengah dukungan doa dan harapan dari segenap kerabat yang datang ikut bersyukur. Perjalanan cinta kedua orang tua mereka yang telah teruji waktu, menjadi buah manis dari kasih yang abadi.
Perayaan ini bukan hanya sekadar momen merayakan angka, melainkan juga sebuah pengingat akan arti sebenarnya dari cinta dan komitmen dalam hidup berkeluarga, menjadi saksi hidup bagi banyak orang bahwa cinta sejati dapat bertahan dan tumbuh dalam komitmen yang ditunjukkan dengan kesetiaan.
Di akhir misa, suasana kekeluargaan yang dilambari tawa ceria dari keluarga dan sahabat memperkuat makna perayaan syukur ini. Ada moment saling sapa antar sahabat yang mungkin lama tak bersua, bisa juga disertai dengan cerita-cerita manis tentang masa-masa awal pernikahan Henricus dan Maria pun menghangatkan atmosfir, seolah-olah menghidupkan kembali momen-momen berharga yang telah dilalui. Dari tantangan dan rintangan yang mereka hadapi bersama, hingga momen kebahagiaan yang melengkapi perjalanan hidup mereka, setiap bait kisah menjadikan perayaan ini lebih dari sekadar angka. Hasil kerja keras mereka, baik dalam berkarir maupun membesarkan buah hati, menjadi fondasi yang kuat bagi keluarga mereka.
Para kerabat yang datang, keluarga besar Pak Priyo dan Bu Lies  beserta anak-anak dan cucu-cucu mendapatkan inspirasi dari perjalanan hidup yang telah ditapaki. Bartholomeus dan Melania, sebagai generasi penerus, merasakan tanggung jawab untuk meneruskan nilai-nilai yang telah ditanamkan oleh kedua orang tua mereka. Bagi mereka, pernikahan lebih dari sekadar ikatan, melainkan sebuah perjalanan yang membutuhkan saling pengertian, komunikasi, dan kasih yang tulus, yang diwarnai dengan tantangan-tantangan yang akan memperkuat ikatan mereka. Seperti halnya Henricus dan Maria, mereka berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang penuh kasih bagi cucu-cucu mereka, berharap agar cinta sejati yang mereka miliki dapat menginspirasi serta menjadi teladan bagi generasi mendatang.
Saya ingin menutup tulisan ini dengan kutipan yang disampaikan oleh Bapak Suharso (kakanda dari Ibu ME Sulistyowati) yang juga dikutipnya dari kotbah seorang Romo. "Puncak dari cinta adalah kesetiaan". Sebuah kata yang sederhana tapi sudah dihidupi dan dijalani oleh Bapak dan Ibu Priyosulistyo selama 45 tahun. Sebuah rentang waktu yang tidak singkat, namun tidak lama bagi yang menjalaninya dengan penuh cinta.
Profisiat atas inspirasi yang luar biasa ini. Semoga menulari generasi muda untuk membangun komitmen dan menghidupi cinta bersama-sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H