Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Dari Kekecewaan ke Harapan, Refleksi Kekalahan Timnas Indonesia Melawan Jepang

15 November 2024   22:36 Diperbarui: 15 November 2024   23:10 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini menimbulkan pertanyaan mendalam: apakah kita hanya mengandalkan para pemain yang sudah berpengalaman tanpa membangun fondasi yang kuat dari dalam, melalui bakat lokal yang harusnya menjadi tulang punggung tim nasional?

Membedah Perbedaan Filosofi Sepak Bola, Daya Saing dan Kesadaran untuk Menghargai Potensi Dalam Negeri

Jepang, di sisi lainnya, adalah contoh nyata dari pembinaan yang sistematis dan berkelanjutan. Mereka telah berinvestasi dalam pengembangan talenta muda sejak bertahun-tahun lalu. 

Dari akademi dan liga lokal hingga tim nasional yang mampu bersaing di pentas dunia, inilah hasil kerja keras yang tampak di lapangan. Kontras ini mengguratkan satu pertanyaan mendalam di benak kita: di mana posisi kita yang sebenarnya?

Sementara Jepang telah mampu menciptakan ekosistem sepak bola yang berorientasi pada pengembangan jangka panjang, Indonesia tampaknya masih terjebak dalam siklus pembenahan yang tidak berujung. Bukan hanya kurangnya program pembinaan yang terstruktur, namun juga tantangan dalam memahami dan mengimplementasikan filosofi permainan yang sesuai dengan karakteristik pemain. 

Pendekatan pragmatis yang sering kali diambil, berfokus pada hasil instan, justru mengabaikan pentingnya pengembangan keterampilan dasar dan pemahaman taktik yang mendalam. 

Jika kita ingin bersaing di level internasional, kita perlu meninjau kembali pendekatan ini, berinvestasi di akademi lokal, dan memperkuat liga domestik, sembari membangun budaya tim yang kuat dan saling percaya di antara pemain muda. 

Dengan cara ini, kita dapat mulai menutup jurang perbedaan yang ada dan membangun fondasi yang kokoh untuk masa depan sepak bola Indonesia.

Menyaksikan para pejabat PSSI berdiskusi setelah kekalahan membuat kita bertanya tentang arah dan kebijakan yang diambil. Apakah keputusan untuk mengandalkan pemain naturalisasi benar-benar menunjukkan dedikasi kita terhadap masa depan sepak bola Indonesia? 

Atau sekadar langkah pragmatis untuk meraih sukses instan, yang nyatanya membawa kita semakin jauh dari harapan dan cita-cita?

Di lapangan, para pemain lokal yang seharusnya mendapatkan kesempatan berjuang justru terpinggirkan. Talenta muda Indonesia yang sebenarnya memiliki potensi luar biasa dibiarkan begitu saja, hanya menjadi penonton di panggung sepak bola negaranya sendiri. 

Pertanyaan mendasarnya adalah; kapan kita akan beralih dari sekadar mengejar hasil sekilas menuju investasi yang berkelanjutan dalam pembinaan sepak bola lokal?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun