Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Jejak di Ujung Negeri

15 November 2024   14:05 Diperbarui: 15 November 2024   14:10 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

Mira menyadari, di kelas lain di kota besar, anak-anak sudah mempelajari soal-soal latihan dan mengikuti simulasi ujian. Namun, di kelasnya, hanya ada buku pelajaran usang dan guru yang berusaha sekuat tenaga untuk memberikan ilmu dengan segala keterbatasan. "Kita tidak bisa hanya bersandar pada usaha kita," Mira berteriak, "kita butuh bantuan!"

Sebagai jawaban terhadap teriakan anak-anak itu, Eko mulai bergerak. Ia berinisiatif mengumpulkan donasi buku dan alat-alat belajar dari para dermawan dan organisasi luar yang peduli terhadap pendidikan. Dengan bersemangat, cerita ini tersebar ke berbagai media sosial, mengajak banyak orang untuk berkontribusi. Akhirnya, beberapa hari sebelum Ujian Nasional, buku-buku baru dan alat belajar tiba di Desa Harapan. Masyarakat bersukacita, dan harapan memancar dalam diri Mira dan teman-temannya.

Hari ujian pun tiba. Saat Mira memasuki ruang ujian, perasaan cemas mulai menghinggapi hatinya. Terlihat dari wajahnya, harapan dan ketakutan bertabrakan. Namun, saat ia melihat lembar ujian, ia teringat semua jerih payahnya dan usaha yang telah dilakukan oleh ayahnya dan juga Eko. "Ini bukan hanya soal lulus atau tidak," ia berbisik dalam hati. "Ini adalah pencapaian atas semua yang telah kami jalani."

Ujian berlangsung, dan Mira menyadari bahwa ketiadaan sarana tidak mampu memadamkan semangat belajar mereka. Meski pertanyaan-pertanyaan di layar ujiannya sulit, ia mencoba yang terbaik. Dan ketika hasil keluar, meski tidak semua anak di kelasnya lulus, ada yang melampaui ekspektasi---itu cukup menjadi semangat baru bagi mereka untuk terus belajar dan bergandeng tangan dalam kebersamaan.

Dari Desa Harapan, kisah ini bukan hanya tentang sebuah ujian; ini adalah perjalanan panjang yang menunjukkan bahwa kesetaraan dalam pendidikan bukan hanya impian. Itu adalah hasil kerja keras dan semangat untuk saling mendukung. Eko melangkah pulang dengan penuh harapan, menyadari bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak, terlepas dari tempat mereka lahir. Cerita ini akan terus berlanjut, dan lapisan-lapisan keadilan di dunia pendidikan harus terus diperjuangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun