Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mengenal Likuifaksi

4 November 2024   21:45 Diperbarui: 5 November 2024   11:15 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim BPBD Mamuju Tengah saat mengecek area likuifaksi yang menimbun ekskavator di Desa Saloadak, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, Minggu (3/11/2024). (Dok BPBD Mamuju Tengah)

Untuk mengurangi risiko dan dampak likuifaksi, ada beberapa langkah antisipasi yang dapat diambil, terutama bagi wilayah-wilayah yang rawan bencana. Langkah-langkah ini melibatkan aspek pemetaan, pembangunan infrastruktur yang lebih kuat, serta upaya sosialisasi kepada masyarakat.

Pertama, Analisis Geoteknik dan Pemetaan Zona Risiko

Langkah awal dalam menangani risiko likuifaksi adalah melakukan analisis geoteknik di wilayah-wilayah yang rentan, seperti daerah pesisir atau tanah aluvial. Pemerintah dan pihak terkait perlu memetakan zona-zona berisiko untuk mengidentifikasi area yang mungkin terkena likuifaksi.

Dengan demikian, daerah yang rentan bisa dihindari atau diambil langkah-langkah khusus dalam mendirikan bangunan di area tersebut.

Kedua, Perbaikan Tanah dan Fondasi

Salah satu solusi untuk mengantisipasi likuifaksi adalah memperbaiki struktur tanah. Metode seperti injeksi semen atau menggunakan bahan pengikat lain dapat meningkatkan kekuatan tanah sehingga lebih tahan terhadap gempa.

Pembangunan fondasi yang kokoh juga penting dilakukan, terutama fondasi tiang pancang yang tertanam dalam tanah. Fondasi jenis ini tidak mudah bergeser atau amblas, sehingga bangunan lebih stabil meskipun terjadi likuifaksi.

Ketiga, Desain Bangunan Tahan Likuifaksi

Bangunan yang dibangun di area rawan likuifaksi memerlukan desain fondasi yang dapat menahan gaya angkat akibat tekanan air dalam tanah.

Misalnya, menggunakan fondasi tiang pancang yang lebih dalam atau fondasi khusus yang mampu meredam gaya likuifaksi. Dengan desain ini, bangunan akan lebih stabil dan tidak mudah bergeser jika likuifaksi terjadi.

Keempat, Edukasi dan Pelatihan Kesiapsiagaan

Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat adalah langkah yang sangat penting. Masyarakat perlu mengetahui tanda-tanda likuifaksi dan bagaimana cara menghindari bahaya ketika gejala-gejalanya muncul. Pelatihan dan simulasi rutin perlu dilakukan agar masyarakat siap menghadapi likuifaksi dan dapat melakukan evakuasi dengan aman.

Kelima, Pengembangan Infrastruktur Penunjang

Infrastruktur mitigasi, seperti drainase atau bendungan kecil, dapat dibangun di sekitar area berisiko untuk mengurangi ketinggian air tanah. Drainase berfungsi menyalurkan air tanah agar tidak tertahan di dalam tanah, yang dapat menurunkan potensi likuifaksi. Selain itu, drainase ini membantu menjaga stabilitas tanah saat terjadi getaran gempa.

Keenam, Pemantauan Ketinggian Air Tanah Secara Berkala

Ketinggian air tanah yang tinggi menjadi salah satu indikator risiko likuifaksi. Oleh karena itu, penting dilakukan pemantauan rutin terhadap ketinggian air tanah di daerah yang rawan.

Hal ini terutama penting di wilayah yang berada dekat laut atau sungai besar. Jika ketinggian air tanah meningkat, maka langkah antisipasi bisa dilakukan lebih awal.

Ketujuh, Penguatan Tim Penyelamat dan Relawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun