Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. Editor, penulis dan pengelola Penerbit Bajawa Press. Melayani konsultasi penulisan buku.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pasukan Kopi dan Aroma Balas Budi

26 Oktober 2024   22:04 Diperbarui: 26 Oktober 2024   22:49 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Setelah itu, beberapa peserta memutuskan untuk meninggalkan pelatihan dengan kepala tertunduk. Mereka pergi bukan karena dendam, tetapi karena mereka tahu bahwa jalan hidup mereka bukanlah di dunia kopi.

Namun, bagi mereka yang memilih untuk tetap tinggal, mereka mulai melihat kopi dengan cara yang berbeda. Mereka yang sebelumnya hanya ikut-ikutan, kini menyadari bahwa untuk menghasilkan secangkir kopi yang sempurna, tidak hanya dibutuhkan biji kopi yang baik, tetapi juga jiwa yang tulus.

Di akhir hari, setelah suasana pembekalan kembali tenang, Pak Surya memandang secangkir kopi yang mengepul di hadapannya. Ia mengambil pena dan menulis sebuah puisi di selembar kertas, seolah ingin menyampaikan pesan terakhir kepada mereka yang benar-benar memahami esensi dari kopi.

Kopi dan Kejujuran

Kopi adalah cerita dari biji ke cangkir,
Bukan sekadar pahit, bukan sekadar getir.
Ia meresap dalam hati yang sungguh mencinta,
Bukan bagi mereka yang datang hanya demi nama.

Setiap tetesnya membawa ketulusan yang nyata,
Bukan balas budi atau hubungan yang hampa.
Kopi tak bisa dibeli oleh janji dan kata,
Ia hanya berbicara pada mereka yang setia.

Kopi akan terus jujur pada rasa,
Tak gentar meski disaring berkali-kali oleh masa.
Karena di balik setiap kepulan yang hadir,
Ada hati yang meracik, bukan sekadar tangan yang mahir.

Pak Surya menutup puisinya dengan senyum tipis, meletakkan kertas itu di meja, dan menyeruput kopi yang hangat. Di saat itu, ia tahu, esensi Pasukan Kopi telah kembali ke tempat yang seharusnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun