Dengan segala daya dan gaya saya terus berenang. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, karena ketakutan saya lalu sembarang menggerakkan kaki, dan...naas telapak kaki saya menginjak sebuah karang. Terasa perih. Tidak peduli. Rupanya air belum sungguh menutup batu kecil itu, sehingga saat saya mendarat di atasnya dada saya tergores karang tajam lagi.
Lagi-lagi saya tidak peduli. Di antara rasa takut dan rasa sakit dari telapak kaki dan dada saya berdiri di atas batu kecil itu. Dadaku memerah karena darah, air mata semakin deras mengalir bercampur asinnya air laut.
Sembari menarik nafas lebih dalam saya harus berenang lagi ke arah pantai. Yang ada dalam pikiran hanyalah segera tiba di pantai. Dan ketika kaki saya sudah bisa berdiri lagi dengan air sebatas dada, saya merasa lega dan tertawa sembil terus menangis.
Menangis kali ini lebih karena rasa nyeri di telapak kaki dan dada yang tersobek oleh karang.
Pengalaman itu tidak membuatku kapok. Di lain hari saya lebih ada persiapan, membawa jerigen sebesar 5-10 liter (tanpa air dan memiliki tutup supaya air tidak masuk) atau batang pisang (kurang lebih 50 cm).
Jerigen itu saya pakai sebagai pelampung untuk berenang ke pinggir, sedangkan ikan hasil pancing dan alat pancing saya simpan dalam plastik dan diikat pada gagang jerigen dan ditarik bersama saat renang ke pinggir. Semakin lama semakin bisa renang, saya tidak takut lagi jika tidak membawa alat pelampung (jerigen dan batang pisang).
Tulisan di atas hanyalah sebuah awalan untuk membantu saya memaknai seni memancing dalam hidup ini. Ada banyak aspek yang bisa dipelajari dari memancing. Salah duanya adalah melatih kesabaran dan harapan dalam ketidakpastian (akan mendapatkan ikan).
Mengelola Kesabaran dan Ekspektasi
Memancing bukan hanya tentang menunggu ikan menyambar umpan, melainkan sebuah seni dalam melatih kesabaran dan membangun harapan. Dalam setiap lemparan pancing, tersembunyi harapan akan hasil yang tidak pasti.
Ini adalah refleksi yang mendalam tentang kehidupan - bahwa tidak semua yang kita inginkan datang dengan mudah, dan sering kali kita perlu menunggu, bersabar, dan tetap berharap.
Dari perspektif psikologi, memancing bisa dianggap sebagai kegiatan yang membantu mengembangkan kemampuan mengelola ekspektasi.
Proses menunggu sambil memandang tenang atau beriaknya air memberikan ruang bagi pemancing untuk merenung dan melatih mental. Saat pancing dilemparkan, tak ada jaminan bahwa hasilnya akan segera datang.