Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kopi dan Benalu

20 September 2024   10:47 Diperbarui: 20 September 2024   10:47 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(gambar olahan GemAIbot oleh penulis)

Malam itu, Didi duduk di teras rumahnya. Ia kembali menyeduh kopi, kali ini dengan air dan sedikit gula. Rasa pahitnya masih ada, tapi setidaknya sekarang lebih bisa dinikmati. Dalam diam, ia merenungkan apa yang bisa ia lakukan. Sebuah suara kecil dalam hatinya mulai berbicara: mungkin tidak semuanya sudah terlambat. Mungkin masih ada cara untuk melawan, meski caranya tidak jelas.

"Benalu bisa dibasmi," pikir Didi. "Tapi butuh waktu."

Pejabat-pejabat itu mungkin akan terus berkuasa, menyusun aturan demi aturan yang melindungi mereka sendiri. Tapi, di suatu tempat di negeri ini, Didi yakin, ada lebih banyak orang seperti dirinya - yang lelah, yang marah, tapi belum menyerah.

Mungkin suatu hari, benalu itu akan lepas dari pohon besar yang bernama negeri ini. Dan ketika hari itu tiba, mereka yang selama ini menghisap sari kehidupan dari rakyat akan terhempas, jatuh ke tanah, dan dilupakan.

Seperti ampas kopi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun