CARA SEDERHANA MENGATASI HAMBATAN DALAM MENULIS
Â
Setiap orang (penulis) punya cara atau tips untuk mengatasi hambatan atau kesulitan (mental) dalam menulis. Tentu itu bisa sangat subjektif dan amat bergantung pada jam terbang. Semakin sering seseorang menulis, semakin sedikit hambatan (mental) yang membelenggunya dalam menulis. Berdasarkan pengalaman, saya mencoba membagikan cara saya mengatasinya (tentu ini amat subjektif) yang mungkin bisa amat berbeda dengan Anda.
1. Atasi Perfeksionisme dengan Menulis Draf Kasar
Penulis Anne Lamott dalam bukunya Bird by Bird menyarankan untuk fokus pada "draf pertama yang buruk." Ini berarti mengizinkan diri untuk menulis tanpa khawatir akan kualitas pada awalnya. Perfeksionisme sering kali menjadi penghalang bagi proses kreatif.
Sebagai misal, Seorang mahasiswa yang sedang menulis skripsi terus merasa tulisannya tidak sempurna, sehingga selalu menunda-nunda penyelesaiannya. Dengan pendekatan menulis draf kasar, ia mampu menyelesaikan bab pertama tanpa tekanan untuk menyempurnakannya terlebih dahulu. Atau seseorang yang ingin menulis buku, jika tanpa membuat draf kasar berupa outline atau kerangka berpikir dasar, ia akan kesulitan untuk memulai. Karena ia tidak tahu harus melangkah dengan kaki kiri atau dengan kaki kanan ketika hendak berjalan.
2. Mengatasi Blok Mental dengan Freewriting
Ahli psikologi kreatif Julia Cameron, dalam bukunya The Artist's Way, merekomendasikan teknik freewriting atau "morning pages," yaitu menulis tanpa henti selama beberapa menit tanpa memikirkan struktur atau isi. Ini membantu melepaskan beban mental yang menghalangi kreativitas.
Seorang penulis blog merasa terjebak dalam rutinitas, tidak bisa menemukan ide baru. Setelah mencoba freewriting selama 10 menit setiap pagi, ia menemukan banyak ide yang tidak terpikirkan sebelumnya dan mulai menulis artikel yang lebih segar dan beragam. Saya kadang mengalaminya. Dan mencoba melakukan tips ini meski kadang tidak terjadi dengan mudah, butuh waktu yang sedikit lebih lama. Ada sebuah proses internalisasi atau proses silentium/silence (mengheningkan diri) untuk menemukan "pintu keluar" dari kebuntuan.
3. Kurangi Tekanan dengan Menetapkan Target Kecil
Psikolog Charles Duhigg dalam bukunya The Power of Habit menyarankan untuk menetapkan target kecil dan spesifik yang dapat dicapai setiap hari. Ini mengurangi tekanan dan memungkinkan konsistensi.
Seorang jurnalis pemula merasa kewalahan dengan tugas menulis artikel panjang. Setelah membagi tugas menjadi target-target harian, misalnya menulis 200 kata per hari, ia merasa lebih termotivasi dan akhirnya menyelesaikan artikel tepat waktu.
4. Kelola Rasa Takut Kritik dengan Memperkuat Diri
Penulis Bren Brown, dalam buku Daring Greatly, berbicara tentang pentingnya menerima kerentanan sebagai bagian dari proses kreatif. Ketakutan terhadap kritik sering kali menjadi penghalang, tetapi belajar menerima umpan balik sebagai sarana pengembangan dapat memperkuat mental.
Seorang novelis merasa ragu untuk mengirimkan naskahnya ke penerbit karena takut mendapat kritik pedas. Atau seorang penulis "yang diseniorkan" merasa tidak siap jika juniornya memberikan kritik atas naskahnya. Seorang editor di sebuah penerbitan seringkali ditakuti oleh penulis karena dia akan "menguliti" si penulis. Dengan memandang kritik sebagai kesempatan belajar, ia akhirnya mengirimkan karyanya dan menggunakan masukan yang diterima untuk menyempurnakan ceritanya.
5. Tetap Fokus dengan Menciptakan Ritual/Kebiasaan Menulis
Haruki Murakami, novelis terkenal, memiliki rutinitas harian yang sangat teratur. Ia selalu bangun pagi, menulis selama beberapa jam, lalu berolahraga. Rutinitas ini membantu menjaga fokus dan disiplin.
Seorang mahasiswa doktoral yang sedang menulis disertasi merasa kehilangan fokus karena banyaknya gangguan. Setelah menetapkan jadwal harian untuk menulis, ia menemukan ritme yang produktif dan berhasil menyelesaikan disertasinya lebih cepat dari yang diharapkan. Atau beberapa penulis di kompasiana ini hampir setiap hari bisa menulis 3-4 artikel itu karena mereka fokus dan memiliki ritual menulis yang sudah menjadi sebuah kebiasaan. Tak seru kalau tak menulis, begitulah kira-kira "iklan" diri mereka.
Apapun jurus atau tips kalau tidak pernah memulai, tidak pernah konsisten, dan takut dengan proses kreatif yang penuh tantangan maka semuanya akan sia-sia. Tidak akan pernah ada penulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H