Seorang novelis merasa ragu untuk mengirimkan naskahnya ke penerbit karena takut mendapat kritik pedas. Atau seorang penulis "yang diseniorkan" merasa tidak siap jika juniornya memberikan kritik atas naskahnya. Seorang editor di sebuah penerbitan seringkali ditakuti oleh penulis karena dia akan "menguliti" si penulis. Dengan memandang kritik sebagai kesempatan belajar, ia akhirnya mengirimkan karyanya dan menggunakan masukan yang diterima untuk menyempurnakan ceritanya.
5. Tetap Fokus dengan Menciptakan Ritual/Kebiasaan Menulis
Haruki Murakami, novelis terkenal, memiliki rutinitas harian yang sangat teratur. Ia selalu bangun pagi, menulis selama beberapa jam, lalu berolahraga. Rutinitas ini membantu menjaga fokus dan disiplin.
Seorang mahasiswa doktoral yang sedang menulis disertasi merasa kehilangan fokus karena banyaknya gangguan. Setelah menetapkan jadwal harian untuk menulis, ia menemukan ritme yang produktif dan berhasil menyelesaikan disertasinya lebih cepat dari yang diharapkan. Atau beberapa penulis di kompasiana ini hampir setiap hari bisa menulis 3-4 artikel itu karena mereka fokus dan memiliki ritual menulis yang sudah menjadi sebuah kebiasaan. Tak seru kalau tak menulis, begitulah kira-kira "iklan" diri mereka.
Apapun jurus atau tips kalau tidak pernah memulai, tidak pernah konsisten, dan takut dengan proses kreatif yang penuh tantangan maka semuanya akan sia-sia. Tidak akan pernah ada penulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H