Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Zaken Kabinet Prabowo Subianto: Peluang, Tantangan dan Realitas Politik

12 September 2024   23:37 Diperbarui: 12 September 2024   23:42 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Zaken Kabinet Prabowo Subianto: Peluang, Tantangan, dan Realitas Politik

Konsep zaken kabinet, di mana posisi menteri diisi oleh para profesional yang memiliki keahlian teknokratik daripada tokoh politik, kembali mengemuka dalam perbincangan politik Indonesia seiring dengan terpilihnya Prabowo Subianto sebagai presiden (yang dalam hitungan hari akan dilantik sebagai Presiden RI). Gagasan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pemerintahan dengan memastikan bahwa kementerian dipimpin oleh individu yang kompeten dalam bidangnya, tanpa harus terikat pada kepentingan politik partai apalagi mereka yang merasa berjasa sehingga tanpa kompetensi pun berpeluang jadi menteri. Namun, di balik idealisme konsep ini, terdapat sejumlah tantangan serius yang harus dihadapi jika Prabowo ingin mewujudkan zaken kabinet di Indonesia.

Peluang Zaken Kabinet

Zaken kabinet bukanlah konsep baru di dunia, terutama di negara-negara yang sedang menghadapi krisis politik atau ekonomi. Contohnya, Italia dan Yunani pernah menerapkan pemerintahan berbasis teknokrat dalam upaya menyelamatkan negara dari krisis keuangan. Pengalaman tersebut menunjukkan bahwa kabinet semacam ini bisa menjadi solusi dalam situasi tertentu, terutama saat profesionalisme dan keahlian teknis lebih dibutuhkan daripada agenda politik.

Di Indonesia, kabinet berbasis teknokrat juga pernah muncul, meskipun dalam bentuk yang terbatas. Sebagai contoh, di era Demokrasi Parlementer, kabinet zaken diperkenalkan sebagai salah satu cara untuk meredam konflik antarpartai yang sering terjadi saat itu. Dalam konteks ini, peluang untuk merealisasikan zaken kabinet pada masa pemerintahan Prabowo bisa terbuka, terlebih dengan wacana modernisasi pemerintahan dan desakan untuk efisiensi birokrasi.

Ahli politik Indonesia, seperti Dedi Kurnia Syah dari Indonesia Political Opinion, mengungkapkan bahwa mewujudkan kabinet zaken di pemerintahan Prabowo bukanlah hal yang mustahil, meskipun akan memerlukan keberanian besar. Menurut Dedi, "Dengan kabinet profesional sekalipun, masih memungkinkan untuk tetap menjaga keseimbangan politik dan koalisi, asal Prabowo berani mengambil langkah ini." Dalam hal ini, Prabowo tetap bisa berkoalisi dengan partai politik tanpa harus mengorbankan prinsip zaken kabinet. Profesionalisme yang diterapkan justru bisa menjadi aset untuk menjaga stabilitas dan meningkatkan efektivitas pemerintahan.

Tantangan Politik

Namun, pelaksanaan zaken kabinet di Indonesia tak luput dari sejumlah tantangan. Sistem politik Indonesia sangat bergantung pada koalisi partai politik, di mana partai memiliki kekuatan besar dalam memengaruhi kebijakan dan keputusan pemerintah. Koalisi besar yang mendukung Prabowo dalam pemilu tentu akan menginginkan tempat di kabinet sebagai imbalan atas dukungan politik mereka. Dalam hal ini, resistensi dari partai politik menjadi tantangan utama untuk mewujudkan kabinet berbasis profesional.

Menurut Arfianto Purbolaksono dari The Indonesian Institute, "Koalisi gemuk yang ada di sekitar Prabowo akan menjadi kendala terbesar dalam pembentukan kabinet zaken. Kecuali jika Prabowo bisa mensyaratkan bahwa partai koalisi menyetorkan kader dengan kualifikasi tertentu yang sesuai dengan prinsip zaken kabinet." Dengan kata lain, para menteri yang berasal dari partai politik tetap bisa dipertimbangkan, asalkan mereka memiliki kompetensi yang memadai sesuai dengan bidang yang akan mereka pimpin.

Dalam politik Indonesia, partai cenderung memprioritaskan loyalitas politik daripada keahlian teknis. Oleh karena itu, meyakinkan partai untuk mendukung zaken kabinet yang berbasis profesional akan memerlukan negosiasi yang rumit. Ditambah lagi, jika kabinet zaken benar-benar diwujudkan, ada kekhawatiran bahwa dukungan legislatif terhadap kebijakan pemerintah akan melemah, mengingat partai politik mungkin merasa kurang terwakili.

Keuntungan Zaken Kabinet

Jika Prabowo berhasil mengatasi tantangan ini, zaken kabinet memiliki beberapa kelebihan yang patut dipertimbangkan. Pertama, pemerintahan yang diisi oleh para profesional yang kompeten di bidangnya berpotensi meningkatkan kualitas kebijakan yang diambil, karena keputusan yang dibuat lebih berdasarkan data dan keahlian teknis daripada kepentingan politik. Hal ini dapat mendorong terciptanya tata kelola yang lebih efektif dan berorientasi pada hasil.

Kedua, zaken kabinet dapat memotong birokrasi yang cenderung gemuk dan tidak efisien. Dengan menempatkan orang-orang yang tepat di posisi yang tepat, Prabowo bisa merampingkan pemerintahan dan membuatnya lebih responsif terhadap tantangan pembangunan. Menurut pakar kebijakan publik dari London School of Economics, Kevin Featherstone, dalam konteks krisis Yunani, pemerintahan teknokrat membantu mengembalikan kepercayaan publik terhadap pemerintah yang selama ini dianggap korup dan tidak kompeten. Di Indonesia, hal serupa bisa terjadi jika zaken kabinet diterapkan, terutama dalam membangun kepercayaan masyarakat terhadap institusi negara.

Kekurangan Zaken Kabinet

Namun, seperti model pemerintahan lainnya, zaken kabinet juga memiliki kekurangan. Salah satu kelemahan utama adalah kurangnya legitimasi politik. Dalam sistem demokrasi, pemerintahan idealnya mencerminkan kehendak rakyat yang diwakili oleh partai politik. Ketika posisi penting diisi oleh para teknokrat yang tidak terpilih oleh rakyat, mungkin muncul persepsi bahwa kabinet zaken kurang representatif secara politik. Hal ini bisa mengundang kritik, terutama dari partai oposisi atau kelompok masyarakat yang merasa aspirasinya tidak diwakili.

Selain itu, zaken kabinet sering kali dianggap kurang fleksibel dalam merespons dinamika politik. Karena fokus pada keahlian teknis, kabinet semacam ini mungkin tidak sensitif terhadap isu-isu politik yang sedang berkembang. Dalam jangka panjang, hal ini bisa menimbulkan ketegangan antara teknokrat dan aktor politik, terutama jika ada perbedaan pandangan mengenai kebijakan tertentu.

Di beberapa negara, kabinet technocrat-led sering kali dianggap solusi sementara untuk krisis, namun tidak berkelanjutan dalam jangka panjang. Hal ini terjadi karena kabinet zaken cenderung kehilangan dukungan politik setelah krisis berlalu, dan akhirnya pemerintah kembali ke model kabinet politik yang lebih tradisional.

Apakah Zaken Kabinet Bisa Jadi Model Masa Depan?

Pertanyaan besar yang harus dijawab adalah apakah zaken kabinet bisa menjadi model pemerintahan masa depan di Indonesia. Untuk menjawab ini, kita perlu mempertimbangkan konteks politik yang ada. Meskipun zaken kabinet menjanjikan efisiensi dan kompetensi, pelaksanaannya membutuhkan dukungan politik yang kuat. Jika partai politik bersedia mengesampingkan kepentingan sempit mereka dan mendukung pemerintahan yang lebih berorientasi pada keahlian, zaken kabinet bisa menjadi model yang efektif.

Namun, jika resistensi politik terlalu besar, zaken kabinet hanya akan menjadi wacana tanpa realisasi nyata. Prabowo perlu memastikan bahwa kabinet yang dibentuk tidak hanya berbasis kompetensi, tetapi juga memiliki dukungan politik yang cukup untuk menjalankan pemerintahan secara stabil dan berkelanjutan.

Pada akhirnya, zaken kabinet menawarkan peluang besar bagi reformasi pemerintahan di Indonesia, namun keberhasilannya akan sangat bergantung pada kemampuan Prabowo untuk menyeimbangkan antara tuntutan politik dan kebutuhan akan profesionalisme

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun