Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sang Gembala

7 September 2024   05:31 Diperbarui: 7 September 2024   05:37 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(dari FB Mas Wahyu Hidayat II)
(dari FB Mas Wahyu Hidayat II)

Di tengah kerumunan, Anna terus memperhatikan setiap gerakan Paus. Dia berharap bisa mendekat, tapi jaraknya terlalu jauh. Namun, di dalam hatinya, ia tahu bahwa kehadiran Paus sudah cukup. Dalam doa hatinya, ia berkata, "Tuhan, melalui Paus-Mu ini, aku tahu Engkau selalu ada untukku, bahkan di saat-saat tergelapku." Dia menggenggam kalung salib ibunya lebih erat, seakan merasakan kehadiran ibunya kembali di sisinya.

Ketika Paus Fransiskus akhirnya tiba di altar yang telah disiapkan, umat bersorak, namun dengan nada yang penuh penghormatan. Mereka tak ingin kehilangan momen ketika Paus menyampaikan pesan kasih dan damai dari Allah. Paus mengangkat tangannya, dan seketika, keheningan melingkupi lautan manusia. Suaranya yang lembut namun penuh wibawa mengalun, "Saudara-saudari yang terkasih, Allah yang maha rahim selalu menyertai kita. Dia hadir dalam setiap duka, dalam setiap air mata, dan dalam setiap harapan yang kita panjatkan kepada-Nya. Jangan pernah kehilangan iman, sebab dalam kasih-Nya, kita selalu dijaga dan dilindungi."

Setiap kata yang diucapkan Paus menembus hati umat yang hadir. Mereka tahu, pesan itu bukan hanya sekadar kata-kata, tapi sebuah undangan untuk hidup dalam kasih, untuk menghidupi iman dengan lebih mendalam. Dalam momen itu, Anna merasakan sesuatu yang berbeda. Beban duka yang selama ini ia pikul, perlahan terasa lebih ringan. Ia merasa bahwa ibunya tidak pernah benar-benar pergi, bahwa kasih Allah selalu ada untuknya.

Di akhir misa, Paus Fransiskus memberikan berkat terakhirnya. "Semoga Allah memberkati kalian semua, dan membawa damai dalam hidup kalian," ucapnya dengan senyum hangat. Ketika Paus meninggalkan lapangan, umat menyanyikan lagu pujian, seolah litani kasih mengiringi kepergiannya. Anna memejamkan mata, membiarkan alunan pujian itu mengisi hatinya dengan kedamaian.

Pak Suryadi tersenyum sambil memegang tangan cucunya, merasa bahwa hidupnya telah sempurna. "Aku sudah melihatnya," gumamnya pelan. Anna, di sisi lain, merasa ada kekuatan baru yang tumbuh di dalam dirinya. Kunjungan Paus Fransiskus tidak hanya menjadi momen yang membangkitkan kegembiraan, tapi juga membawa harapan, menguatkan iman, dan memperbarui kasih di hati setiap umat yang hadir.

Hari itu, umat Indonesia tahu bahwa kasih Allah sungguh nyata, melalui kehadiran seorang gembala yang membawa damai, yang menguatkan setiap jiwa yang merindukan kasih-Nya. Hari itu, ribuan Anna dan Suryadi di berbagai pelosok negeri menitikan air mata di depan layar TV atau HP yang menyiarkan live streaming misa suci. Mereka larut dalam sukacita yang tak terlukiskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun