Dari sisi politis, keuntungan utamanya adalah adanya perspektif baru dalam penyusunan kebijakan publik. Perempuan cenderung lebih memperhatikan isu-isu kesejahteraan sosial, yang mungkin terabaikan oleh politisi laki-laki.Â
Namun, salah satu kelemahannya adalah perempuan mungkin kesulitan mengakses sumber daya politik yang sama seperti laki-laki, terutama di lingkungan yang masih sangat patriarkal.
Secara antropologis, partisipasi perempuan dalam politik bisa dilihat sebagai langkah maju dalam evolusi budaya politik Indonesia yang lebih inklusif.Â
Resistensi budaya masih ada di beberapa daerah yang memandang perempuan sebagai "kurang cocok" untuk memimpin.
Peluang Kesetaraan Gender dan Emansipasi
Dalam konteks kesetaraan gender, meningkatnya partisipasi perempuan dalam Pilkada menunjukkan bahwa Indonesia semakin mendekati kesetaraan yang ideal.Â
Emansipasi politik perempuan masih memerlukan dukungan dari berbagai aspek, termasuk pendidikan politik yang lebih baik, akses terhadap modal politik, dan penghapusan hambatan budaya.
Dalam kontestasi Pilkada nanti, perempuan memiliki peluang untuk bersaing asalkan mereka mendapat dukungan yang kuat dari partai politik, masyarakat, dan keluarga.Â
Mereka harus mampu mematahkan stereotip dan menunjukkan bahwa kepemimpinan tidak tergantung pada gender, tetapi pada kemampuan dan integritas.
Kemunculan calon kepala daerah perempuan dalam Pilkada Serentak 2024 adalah indikasi positif bahwa perempuan semakin mendapatkan tempat di dunia politik Indonesia.Â
Namun, untuk mencapai kesetaraan gender yang sesungguhnya, perlu ada perubahan dalam dukungan struktural, sosial, dan budaya. Dengan dukungan yang tepat, perempuan dapat memainkan peran kunci dalam politik dan membawa perubahan positif bagi masyarakat.