Dia mengingatkan dunia bahwa kepemimpinan yang otentik bukanlah tentang pencitraan atau menonjolkan diri, melainkan tentang pengabdian yang tulus kepada orang lain.Â
Ini adalah pesan kuat bahwa seorang pemimpin Kristen seharusnya mengutamakan nilai-nilai kerendahan hati, kesederhanaan, dan kedekatan dengan umat, menolak segala bentuk pameran kemewahan yang justru menjauhkan mereka dari esensi pelayanan yang sejati.
Pandangan Ahli tentang Kepemimpinan Kristiani
Dr. Henri J.M. Nouwen, seorang teolog dan penulis spiritual terkenal, dalam bukunya In the Name of Jesus: Reflections on Christian Leadership mengatakan, "Kepemimpinan yang benar haruslah berakar dalam kerendahan hati dan pelayanan, bukan dalam dominasi dan kontrol." Kutipan ini menekankan esensi sejati dari kepemimpinan Kristiani.Â
Dalam konteks ini, kepemimpinan bukanlah tentang kekuasaan atau otoritas yang digunakan untuk menguasai orang lain, melainkan tentang bagaimana seorang pemimpin dengan rendah hati melayani mereka yang dipimpinnya.
Kepemimpinan yang berakar pada kerendahan hati mengutamakan kesejahteraan orang lain di atas kepentingan pribadi, dan pelayanan yang tulus menjadi inti dari tindakan dan keputusan seorang pemimpin.Â
Ini sejalan dengan teladan Yesus Kristus, yang meskipun memiliki segala kuasa, memilih untuk melayani dan mengorbankan diri bagi umat manusia, menunjukkan bahwa kekuatan sejati terletak pada pengabdian dan kasih.
Kutipan ini mengajak para pemimpin, terutama dalam konteks iman, untuk mengevaluasi kembali motivasi dan pendekatan mereka dalam memimpin, memastikan bahwa tindakan mereka mencerminkan nilai-nilai yang diajarkan oleh Kristus, yaitu kerendahan hati dan pelayanan kepada sesama.
Paus telah menunjukkan bahwa kepemimpinan yang diilhami oleh ajaran Kristus adalah tentang melayani dengan rendah hati, mendekati mereka yang dipimpin, dan menolak godaan untuk menjadi pusat perhatian atau mencari kemuliaan duniawi.
Tindakan Paus ini mengingatkan kita akan esensi sejati dari kepemimpinan Kristen: kerendahan hati, pelayanan kepada sesama, dan penolakan terhadap kemewahan yang memisahkan pemimpin dari rakyat. Seperti Yesus yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, Paus juga memberikan teladan bagi kita semua bahwa kebesaran seorang pemimpin diukur oleh kesederhanaan dan pengabdiannya kepada orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H