Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta dari Kampung Belumada

17 Agustus 2024   06:32 Diperbarui: 17 Agustus 2024   07:35 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(dokpri: GemAIBOT) 

Pria tua itu, yang semula menatap polisi dengan tatapan kosong, kini menatapnya dengan tatapan penuh harapan. Dia berdiri di depan rumahnya, menyambut kedatangan polisi dan rombongan pemerintah dengan senyum lebar.

"Kami akan membangun sekolah dan puskesmas di sini. Kami juga akan membangun jalan dan memberikan listrik untuk kampung ini," kata polisi itu.

Pria tua itu menatap polisi dengan mata berkaca-kaca. "Terima kasih, pak," kata pria tua itu. Dia tidak bisa berkata-kata lagi. Dia hanya bisa menangis bahagia.

Polisi itu tersenyum. Dia merasa bahagia bisa membantu. Dia merasa bahagia karena kampung itu akhirnya merasa merdeka.

Dan di hari kemerdekaan berikutnya, Kampung Belumada merayakannya dengan penuh sukacita. Mereka merasa merdeka, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara mental dan emosional. Dan polisi itu, dia merasa bahagia. Dia merasa berhasil membantu mereka merasakan kemerdekaan yang sebenarnya. Dia merasa berhasil membawa perubahan. Dan itu adalah kejutan terbesar bagi dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun