Pria tua itu, yang semula menatap polisi dengan tatapan kosong, kini menatapnya dengan tatapan penuh harapan. Dia berdiri di depan rumahnya, menyambut kedatangan polisi dan rombongan pemerintah dengan senyum lebar.
"Kami akan membangun sekolah dan puskesmas di sini. Kami juga akan membangun jalan dan memberikan listrik untuk kampung ini," kata polisi itu.
Pria tua itu menatap polisi dengan mata berkaca-kaca. "Terima kasih, pak," kata pria tua itu. Dia tidak bisa berkata-kata lagi. Dia hanya bisa menangis bahagia.
Polisi itu tersenyum. Dia merasa bahagia bisa membantu. Dia merasa bahagia karena kampung itu akhirnya merasa merdeka.
Dan di hari kemerdekaan berikutnya, Kampung Belumada merayakannya dengan penuh sukacita. Mereka merasa merdeka, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara mental dan emosional. Dan polisi itu, dia merasa bahagia. Dia merasa berhasil membantu mereka merasakan kemerdekaan yang sebenarnya. Dia merasa berhasil membawa perubahan. Dan itu adalah kejutan terbesar bagi dirinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H