Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Istana Kelelawar

13 Agustus 2024   22:28 Diperbarui: 13 Agustus 2024   22:30 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istana Kelelawar

Di utara Pulau Flores, tersembunyi di antara ombak yang berdebur dan pohon-pohon bakau yang meliuk, berdirilah sebuah pulau kecil yang disebut Pulau Kelelawar oleh penduduk setempat. Setiap senja, ribuan kelelawar keluar dari sarangnya, menghiasi langit dengan siluet-siluet hitam yang bergerak serempak dalam kerumunan besar. Mereka terbang dari Istana Kelelawar, sebuah tempat yang dijaga ketat oleh kepercayaan dan mitos yang mencekam.

Istana itu bukan istana dalam arti sebenarnya. Tidak ada menara megah atau gerbang besar yang menyambut kedatangan. Istana Kelelawar adalah pohon randu raksasa yang terletak di tengah pulau. Cabang-cabangnya yang tebal dan lebat menutupi langit di atas, dan di sana, di puncak pohon, terdapat simbol gagak yang berdiri tegak, menatap dunia dengan tatapan kosong. Simbol itu terbuat dari kayu tua, namun masih terlihat gagah, seolah-olah dipahat oleh tangan-tangan yang memiliki kekuatan dari dunia lain.

Kisah tentang istana ini sudah lama beredar, berawal dari bisikan-bisikan yang pelan di tengah malam. Konon, ada sebuah kebenaran yang terpendam di dalamnya, kebenaran yang begitu gelap sehingga siapa pun yang mendekat, akan tersesat dalam kebohongan yang dipintal seperti jaring laba-laba. Orang-orang yang mencoba menguak misteri di dalamnya sering kali hilang tanpa jejak, atau kembali dengan mata kosong, seolah-olah jiwa mereka telah disedot keluar oleh kekuatan yang tak terlihat.

***

Malam itu, awan menggantung rendah, menambah aura misterius di sekitar Pulau Kelelawar. Guntur bergemuruh jauh di cakrawala, menandakan bahwa badai akan segera datang. Namun, di balik kegelapan dan ketakutan, ada seorang pemuda yang nekad bernama Timo, yang datang ke pulau itu dengan satu tujuan---menguak rahasia di balik Istana Kelelawar.

Timo bukan penduduk asli Flores. Ia seorang pengelana yang tersesat dalam pencarian akan jawaban dari berbagai pertanyaan yang memenuhi benaknya. Ia mendengar tentang Istana Kelelawar dari seorang nelayan tua yang sudah kehilangan hampir semua giginya, tapi masih memiliki suara yang serak dan keras seperti ombak yang menghantam karang. 

Cerita sang nelayan begitu menakutkan, penuh dengan deskripsi tentang kelelawar yang berpesta di malam hari, menghisap darah dan menyebarkan kegelapan di hati siapa saja yang mencoba mendekati pohon randu raksasa itu.

Namun, bagi Timo, kisah itu hanyalah pengantar dari petualangan baru. Ia percaya bahwa di balik setiap legenda, selalu ada sepotong kebenaran yang dapat ditemukan. Dan Timo, dengan segala keingintahuan yang membara di dadanya, memutuskan untuk menguji keberaniannya dengan menantang malam di Pulau Kelelawar.

Dengan perahu kecil yang berderit-derit ketika dihantam ombak, Timo berlayar ke pulau itu. Ia tahu bahwa malam ini, para kelelawar akan keluar dari sarangnya, tetapi ketakutan tak pernah menyentuh hatinya yang penuh dengan semangat muda. Sesampainya di pantai, Timo melompat turun, membiarkan perahunya hanyut dengan ombak, karena ia tahu tak ada jalan kembali. Tujuan utamanya adalah pohon randu raksasa, tempat simbol gagak berdiri sebagai penjaga.

Langkahnya mantap, meskipun hutan bakau yang mengelilingi pulau itu penuh dengan suara misterius. Akar-akar pohon mencuat dari tanah, seolah-olah mencoba menangkap kakinya, namun Timo terus melangkah, mata dan telinganya waspada. Akhirnya, ia tiba di tengah pulau, di mana pohon randu raksasa berdiri tegak, menjulang tinggi hingga hampir menyentuh langit.

Timo mendongak, melihat simbol gagak di puncak pohon. Ada sesuatu yang aneh pada simbol itu. Gagak itu tampak hidup, dengan mata yang seolah-olah mengikuti setiap gerakannya. Hawa dingin merambat di punggungnya, namun Timo tak mundur. Ia mendekat, menyentuh batang pohon yang kasar dan tua. Seketika, ia merasakan ada sesuatu yang bergetar di dalam pohon itu---seolah-olah ada kehidupan yang tersembunyi di balik kulit kayunya yang tebal.

Tanpa berpikir panjang, Timo mulai memanjat. Tangannya yang kokoh mencengkeram cabang-cabang yang kuat, dan kakinya mencari pijakan yang aman. Makin tinggi ia memanjat, makin jelas ia melihat kelelawar-kelelawar yang bergantungan di cabang-cabang atas, seolah-olah menunggu isyarat untuk keluar dan berpesta. Namun, Timo terus mendaki, sampai akhirnya ia mencapai puncak, tempat simbol gagak berada.

Di sana, di puncak pohon randu raksasa, Timo menemukan sebuah pintu kecil yang tersembunyi di balik simbol gagak. Pintu itu terbuat dari kayu yang sama dengan simbol tersebut, dan di atasnya terdapat ukiran-ukiran aneh yang tak dapat Timo pahami. Tapi ada sesuatu yang mendorongnya untuk membuka pintu itu, sebuah dorongan yang tak bisa ia abaikan.

Dengan tangan gemetar, Timo membuka pintu itu. Dan di baliknya, ia menemukan sebuah ruangan kecil yang dipenuhi cahaya redup. Di tengah ruangan, duduk seorang wanita tua, dengan rambut putih panjang yang terurai ke lantai. Wajahnya tertutup bayangan, namun matanya bersinar seperti bintang di malam hari. Timo merasa tubuhnya membeku, tidak bisa bergerak, seolah-olah wanita tua itu telah mengikatnya dengan tatapannya.

"Selamat datang di Istana Kelelawar," suara wanita tua itu terdengar seperti bisikan angin malam. "Aku sudah menunggu kedatanganmu, Timo."

"Tunggu... bagaimana kau tahu namaku?" Timo tergagap, kebingungan.

Wanita tua itu tertawa pelan, suara tawanya terdengar seperti ribuan kelelawar yang mengepakkan sayap. "Aku tahu banyak hal, anak muda. Termasuk rahasia yang kau cari."

Timo menelan ludah, hatinya berdegup kencang. "Apa rahasia itu?"

Wanita tua itu memiringkan kepalanya, seolah-olah menimbang jawaban yang akan diberikan. "Rahasia ini adalah tentang kebohongan yang menyelimuti pulau ini, kebohongan yang sama kelamnya dengan malam ketika kelelawar-kelelawar berpesta. Orang-orang yang datang ke sini selalu mencari kebenaran, tapi yang mereka temukan hanyalah kegelapan. Kelelawar-kelelawar ini... mereka bukanlah makhluk biasa. Mereka adalah penjaga kegelapan, penenun kebohongan yang menyelimuti dunia ini."

"Dan apa peranmu di sini?" tanya Timo, suaranya gemetar.

"Aku adalah Ratu Kegelapan," jawab wanita tua itu dengan senyum tipis. "Aku yang menjaga rahasia ini, menjaga agar kegelapan tetap tersembunyi di balik kebohongan yang indah. Kau sudah terlalu jauh, Timo. Sekarang, kau adalah bagian dari kebohongan ini."

Timo merasa ada sesuatu yang mencekam di hatinya. Ia ingin lari, tapi tubuhnya tak bisa bergerak. Kegelapan mulai menyelimuti pikirannya, menariknya ke dalam jurang yang tak berujung. Di luar, kelelawar-kelelawar mulai terbang, keluar dari sarangnya, mengisi malam dengan tawa seram yang menggema di seluruh pulau.

Di sana, di puncak pohon randu raksasa, Timo hilang dalam kebohongan yang telah menjeratnya, menjadi bagian dari kegelapan yang menyelimuti Istana Kelelawar.

Pulau itu tetap berdiri tegak, dengan ribuan kelelawar yang setia menjaga rahasia yang akan terus terpendam, sampai waktu yang tak terbatas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun