"Kita harus memahami bahwa pengampunan adalah jalan yang memungkinkan kita untuk mengatasi luka-luka dan membangun kembali hubungan yang rusak, meskipun kita mungkin masih ingat tentang apa yang terjadi."
Paus Fransiskus juga menegaskan dalam "Misericordiae Vultus", bahwa pengampunan adalah tindakan kasih yang melibatkan penyerahan diri kepada Tuhan dan memandang orang lain dengan mata penuh kasih, bukan dengan kemarahan atau kebencian:
"Pengampunan bukanlah melupakan apa yang telah terjadi, tetapi melihatnya dalam konteks kasih Allah dan belas kasihan yang mendalam."
Menggabungkan Pengampunan dan Ingatan
Dalam perspektif Katolik, "maaf tapi tidak lupa" tidak berarti bahwa kita harus hidup dengan rasa sakit atau kemarahan terus-menerus, tetapi bahwa kita perlu mengatasi luka dengan kasih dan pengertian. Pengampunan yang diajarkan Yesus adalah pemulihan hubungan dan pembebasan dari belenggu kebencian, tetapi ingatan tentang kesalahan yang telah terjadi mungkin tetap ada sebagai pelajaran dan pengingat untuk masa depan.
Pengampunan dalam perspektif Katolik mengajarkan kita untuk melihat kesalahan dalam konteks kasih Allah dan memperlakukan satu sama lain dengan belas kasihan. Ini adalah proses yang memerlukan waktu dan refleksi, tetapi dengan bantuan Tuhan dan rahmat-Nya, kita dapat belajar untuk memaafkan dengan tulus, bahkan jika ingatan tentang luka tetap ada.Â
Refleksi tentang ini dengan sangat indah dilukiskan dalam kisah tentang Anak Yang Hilang dalam Lukas 15:11-32, seorang ayah yang mengampuni anaknya meski sang anak telah bersalah kepada sang ayah dan seluruh keluarga. Bapa, sebagai representasi Allah telah mengampuni sang anak jauh sebelum sang anak memohon maaf dan mengaku bersalah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H