Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Forgive but Not Forget Menurut Ajaran Katolik (Refleksi Pribadi)

11 Agustus 2024   22:12 Diperbarui: 11 Agustus 2024   22:16 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Forgive but Not Forget Menurut Ajaran Katolik (Refleksi Pribadi) 

Konsep "forgive but not forget" (memaafkan tetapi tidak melupakan) sering kali menimbulkan kebingungan dan perdebatan, terutama dalam konteks ajaran Kristiani. Bagaimana kita bisa memaafkan seseorang sambil masih mengingat kesalahan yang telah dilakukan? Apakah ini bertentangan dengan ajaran Yesus tentang pengampunan? 

Dalam artikel ini, secara pribadi saya mengajak kita untuk menjelajahi perspektif Gereja Katolik, mengenai pengampunan dan ingatan, dengan merujuk pada Kitab Suci, dokumen gereja, dan ensiklik paus. Ini hanya sebuah refleksi dari seorang umat beriman (yang kebetulan pernah belajar filsafat dan teologi) sehingga bukan menjadi sebuah ajaran resmi gereja.

Pengampunan dalam Ajaran Kristiani

Pengampunan adalah inti dari ajaran Kristiani. Yesus sendiri mengajarkan pentingnya memaafkan melalui banyak perumpamaan dan pengajaran. Dalam Injil Matius 18:21-22, Yesus menjawab Petrus yang bertanya seberapa sering ia harus memaafkan orang yang bersalah kepadanya: "Jawab Yesus: 'Aku berkata kepadamu, bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.'"

Ini menunjukkan bahwa pengampunan bukanlah soal angka matematis berapa kali diberikan kepada seseorang melainkan sebuah tindakan cinta kasih yang harus diberikan tanpa batas. Karena Allah sendiri adalah Bapa yang Maharahim yang telah mencintai kita manusia secara tak terbatas. Yesus juga mengajarkan doa Bapa Kami, yang mencakup permohonan agar Tuhan mengampuni dosa kita sebagaimana kita juga mengampuni orang yang bersalah kepada kita (Mat 6:12).

(komikalkitabremaja.blogspot.com)
(komikalkitabremaja.blogspot.com)

Bagaimana Mengatasi Kontradiksi (Pengampunan dan Ingatan)

Ketika berbicara tentang "maaf tapi tidak lupa," kita harus memahami bahwa pengampunan tidak selalu berarti menghapus ingatan dari kesalahan atau luka yang telah terjadi. Dalam Kitab Suci, kita sering kali menemukan bahwa Tuhan juga memanggil kita untuk melupakan dosa kita dalam arti bahwa dosa-dosa kita dihapus dari rekaman-Nya (Yesaya 43:25): "Aku, Akulah Dia yang menghapus segala pelanggaranmu karena Aku sendiri dan Aku tidak akan mengingat dosamu."

Namun, ini bukan berarti bahwa ingatan kita sebagai manusia sepenuhnya menghilang. Ingatan tentang kesalahan atau luka masih bisa ada sebagai bagian dari pengalaman hidup kita, dan pengampunan melibatkan cara kita mengatasi dan menanggapi ingatan tersebut.

(antaranews.com)
(antaranews.com)

Pengampunan Menurut Paus Fransiskus

Dalam dokumen gereja dan Ensiklik Paus, kita menemukan panduan tentang bagaimana pengampunan harus dijalani dalam praktik sehari-hari. Paus Fransiskus, dalam ensiklik "Fratelli Tutti", menekankan pentingnya membangun jembatan rekonsiliasi dan mengatasi luka dengan kasih. Beliau menulis:

"Kita harus memahami bahwa pengampunan adalah jalan yang memungkinkan kita untuk mengatasi luka-luka dan membangun kembali hubungan yang rusak, meskipun kita mungkin masih ingat tentang apa yang terjadi."

Paus Fransiskus juga menegaskan dalam "Misericordiae Vultus", bahwa pengampunan adalah tindakan kasih yang melibatkan penyerahan diri kepada Tuhan dan memandang orang lain dengan mata penuh kasih, bukan dengan kemarahan atau kebencian:

"Pengampunan bukanlah melupakan apa yang telah terjadi, tetapi melihatnya dalam konteks kasih Allah dan belas kasihan yang mendalam."

Menggabungkan Pengampunan dan Ingatan

Dalam perspektif Katolik, "maaf tapi tidak lupa" tidak berarti bahwa kita harus hidup dengan rasa sakit atau kemarahan terus-menerus, tetapi bahwa kita perlu mengatasi luka dengan kasih dan pengertian. Pengampunan yang diajarkan Yesus adalah pemulihan hubungan dan pembebasan dari belenggu kebencian, tetapi ingatan tentang kesalahan yang telah terjadi mungkin tetap ada sebagai pelajaran dan pengingat untuk masa depan.

Pengampunan dalam perspektif Katolik mengajarkan kita untuk melihat kesalahan dalam konteks kasih Allah dan memperlakukan satu sama lain dengan belas kasihan. Ini adalah proses yang memerlukan waktu dan refleksi, tetapi dengan bantuan Tuhan dan rahmat-Nya, kita dapat belajar untuk memaafkan dengan tulus, bahkan jika ingatan tentang luka tetap ada. 

Refleksi tentang ini dengan sangat indah dilukiskan dalam kisah tentang Anak Yang Hilang dalam Lukas 15:11-32, seorang ayah yang mengampuni anaknya meski sang anak telah bersalah kepada sang ayah dan seluruh keluarga. Bapa, sebagai representasi Allah telah mengampuni sang anak jauh sebelum sang anak memohon maaf dan mengaku bersalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun