Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Balik Bayangan

11 Agustus 2024   09:02 Diperbarui: 11 Agustus 2024   09:07 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Balik Bayangan

Langit kota Yogyakarta yang mendung seperti mencerminkan hati Risa yang tengah bergejolak. Ia berdiri di depan cermin rias, memandang dirinya di cermin dengan tatapan kosong. Keputusan untuk menghadiri reuni SMA terasa seperti sebuah tantangan yang berat. Bertahun-tahun telah berlalu sejak insiden itu, tapi rasa sakitnya tetap ada, seolah baru terjadi kemarin.

Saat SMA, Risa memiliki sahabat dekat bernama Lila. Keduanya seperti saudara kandung, berbagi rahasia, tawa, dan air mata. Namun, hubungan mereka mengalami keretakan parah saat Lila membuat keputusan yang menghancurkan kepercayaan Risa. Saat itu, Lila mengungkapkan kepada seluruh teman sekelas bahwa Risa sebenarnya adalah seorang penulis anonim di blog yang memuat cerita-cerita pribadinya. Semua rahasia dan ketidaknyamanan yang telah ia simpan rapat-rapat, menjadi bahan tertawaan di hadapan publik.

Risa merasakan dunia runtuh. Kepercayaan yang dibangun selama bertahun-tahun runtuh seketika. Hubungan mereka hancur, dan meskipun Lila meminta maaf, luka tersebut terlalu dalam untuk bisa sembuh secepat itu. Risa memutuskan untuk memaafkan Lila demi kedamaian dirinya sendiri, tetapi melupakan kejadian itu, atau lebih tepatnya, melupakan perasaan yang timbul, adalah sesuatu yang jauh lebih sulit.

Kini, enam tahun kemudian, Risa mendapati dirinya kembali bertemu dengan Lila di reuni. Di tengah kerumunan orang yang bersenang-senang, Lila mendekatinya dengan senyum yang penuh harapan. Wajah Lila tampak lebih dewasa, namun sorot matanya yang penuh penyesalan jelas terlihat.

"Risa, aku sangat senang kita bisa bertemu lagi," kata Lila dengan nada penuh emosi.

Risa membalas dengan senyuman tipis, mencoba untuk terlihat ramah. "Lila, sudah lama sekali ya."

"Aku tahu aku telah banyak berbuat salah padamu," Lila memulai dengan nada berat. "Aku ingin meminta maaf dari hatiku yang paling dalam. Aku tahu tidak ada kata-kata yang bisa mengubah apa yang terjadi, tetapi aku benar-benar menyesal."

Risa mengangguk perlahan. "Aku sudah memaafkanmu, Lila. Tapi bukan berarti aku bisa melupakan apa yang kau lakukan."

Lila menundukkan kepala, seperti mengakui kebenaran yang pahit. "Aku mengerti. Aku tidak berharap segalanya kembali seperti semula. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku benar-benar menyesal."

Selama malam itu, Risa merasakan campur aduk perasaan. Ia berusaha untuk terlibat dalam percakapan dengan teman-teman lama lainnya, namun pikirannya kembali pada kenangan lama bersama Lila. Setiap kali matanya bertemu dengan mata Lila, rasa sakit yang dulu pernah ada kembali menyeruak. Meskipun ia berusaha keras untuk tersenyum dan bersikap normal, hatinya merasakan ketidaknyamanan yang mendalam.

Saat malam semakin larut, Risa memutuskan untuk meninggalkan reuni lebih awal. Langkahnya terasa berat, seolah setiap langkah membawa beban emosional yang tak tertanggung. Saat ia berada di luar gedung, udara malam yang dingin menyapanya, dan ia merasa seolah ia sedang mencoba untuk melarikan diri dari bayangan masa lalu.

(dreamstime.com)
(dreamstime.com)

Ketika Risa duduk di dalam mobilnya, ia menatap ke luar jendela, mencoba merenung. Ia tahu ia telah memaafkan Lila, tetapi melupakan perasaan yang tersisa seakan mustahil. Untuk Risa, memaafkan berarti memberi kesempatan untuk melanjutkan hidup tanpa dendam, tetapi melupakan berarti harus menghapus bagian dari dirinya yang telah terluka.

Perjalanan pulang terasa panjang dan melelahkan. Setiba di rumah, Risa menghabiskan beberapa jam merenung di depan laptopnya, menulis. Menulis adalah cara dia untuk melampiaskan perasaannya yang mendalam. Ia mulai menulis tentang malam itu, tentang pengampunan dan kenangan yang tak bisa sepenuhnya dihapus. Dalam proses menulis, ia merasakan kedamaian, seolah mengekspresikan perasaannya membuatnya lebih mudah untuk menerima dan melanjutkan hidup.

Risa tahu bahwa hubungan dengan Lila mungkin tidak akan pernah seperti dulu. Ada garis pemisah yang tidak bisa dilihat tetapi sangat terasa. Namun, ia juga tahu bahwa ia tidak lagi ingin terbelenggu oleh rasa sakit yang lama. Dengan menulis, Risa menemukan cara untuk membuat kedamaian dalam hatinya, meski kenangan itu masih ada.

Hari-hari berlalu, dan Risa semakin bisa menerima kenyataan bahwa ia telah memaafkan Lila tetapi tidak bisa sepenuhnya melupakan rasa sakit yang pernah ada. Hubungan mereka mungkin tidak bisa kembali seperti semula, tetapi Risa bisa melanjutkan hidup dengan lebih ringan. Ia telah memilih untuk tidak membiarkan masa lalu menghalangi kebahagiaannya saat ini.

Di belakang bayangan masa lalu, Risa menemukan kekuatan baru untuk menghadapi hari-hari depan dengan lebih bijaksana, dan ia belajar bahwa memaafkan bukanlah tentang melupakan sepenuhnya, melainkan tentang membiarkan diri untuk maju tanpa menghapus kenangan yang membentuk diri kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun