Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Acrophobia

10 Agustus 2024   20:57 Diperbarui: 10 Agustus 2024   22:21 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang yang mengalami acrophobia bisa menunjukkan berbagai gejala, baik fisik maupun psikologis. Secara fisik, mereka mungkin merasakan pusing, mual, keringat berlebihan, jantung berdebar kencang, hingga kesulitan bernapas saat berada di ketinggian atau bahkan hanya membayangkannya. Dr. David Carbonell, seorang psikolog klinis yang berspesialisasi dalam fobia, menjelaskan bahwa gejala fisik ini adalah respons tubuh yang mencoba melindungi diri dari apa yang dianggap sebagai ancaman.

Gejala psikologis meliputi perasaan panik yang mendalam, ketakutan akan kehilangan kendali, dan pikiran obsesif tentang jatuh atau mengalami kecelakaan di ketinggian. Orang yang mengalami acrophobia mungkin juga merasa perlu untuk segera meninggalkan atau menghindari situasi yang melibatkan ketinggian, meskipun itu berarti harus menghindari aktivitas yang biasanya dianggap aman, seperti menaiki tangga atau jembatan.

Bagaimana Mengatasi Acrophobia?

Menurut Dr. Barbara Rothbaum, seorang profesor psikologi di Emory University dan pakar dalam terapi eksposur, salah satu cara paling efektif untuk mengatasi acrophobia adalah melalui terapi eksposur. Dalam terapi ini, penderita secara bertahap dihadapkan pada ketinggian dalam lingkungan yang terkendali dan aman. Tujuannya adalah untuk membantu mereka belajar mengelola rasa takut dan mengurangi kecemasan yang terkait dengan ketinggian.

(Barbara Olasov Rothbaum, PhD, sumber: med.emory.edu)
(Barbara Olasov Rothbaum, PhD, sumber: med.emory.edu)

Terapi Kognitif-Perilaku (CBT) juga dianggap efektif dalam mengatasi acrophobia. CBT membantu individu untuk mengidentifikasi dan mengubah pola pikir irasional yang mendasari ketakutan mereka. Dr. Aaron Beck, yang dikenal sebagai pelopor CBT, menekankan pentingnya melatih pikiran untuk menghadapi situasi yang menakutkan dengan cara yang lebih rasional dan kurang mengintimidasi.

Dalam beberapa kasus, pengobatan dengan antidepresan atau beta-blocker mungkin diperlukan untuk membantu mengendalikan gejala fisik. Namun, para ahli, termasuk Dr. Stephen Whiteside, seorang psikolog klinis di Mayo Clinic, menyarankan bahwa obat-obatan harus digunakan sebagai bagian dari pendekatan terapi yang lebih komprehensif, bukan sebagai solusi jangka panjang.

Selain itu, teknologi Virtual Reality (VR) semakin banyak digunakan dalam terapi fobia. Dr. Brenda Wiederhold, seorang pakar dalam penggunaan VR untuk terapi psikologis, menjelaskan bahwa VR memungkinkan penderita acrophobia untuk menghadapi ketinggian dalam lingkungan virtual yang aman, yang membantu mereka mengatasi rasa takut secara bertahap dan terkendali.

(travel.detik.com)
(travel.detik.com)

Bagaimana Membangun Kendali?

Acrophobia adalah fobia yang nyata dan dapat sangat mengganggu kehidupan seseorang. Namun, dengan pemahaman yang tepat dan dukungan dari para ahli, ketakutan ini dapat diatasi. Melalui kombinasi terapi eksposur, CBT, dan teknik relaksasi, banyak orang berhasil mengurangi atau bahkan menghilangkan ketakutan mereka terhadap ketinggian. Seperti yang dikatakan oleh Dr. Albert Bandura, seorang psikolog terkenal, "Dengan menghadapi ketakutan kita, kita dapat memecahkan belenggu yang menahan kita dan menemukan kebebasan di tempat yang pernah terasa menakutkan."

Pendapat Albert Bandura inilah yang akhirnya dilakukan oleh Yasinta (meski tentu saja Yasinta belum bahkan tidak pernah membaca usulan Bandura. Suatu ketika, hanya dia yang ada di tempat kakek dan neneknya. Mau tidak mau harus naik tangga untuk ke lumbung hasil panenan (yang tingginya kurang lebih 3,5 meter).

Tidak bisa mengandalkan orang lain, maka satu-satunya cara adalah dia harus berdamai dengan situasi. Dia menenangkan dirinya, menarik nafas dalam-dalam lalu naik ke lumbung. Sementara naik dia membayangkan ayahnya yang terjatuh dari pohon kelapa. Meski gugup dan takut, dia harus terus naik ke atas lumbung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun