Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kepingan Cahaya di Balik Jendela

7 Agustus 2024   18:00 Diperbarui: 7 Agustus 2024   18:12 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Percakapan singkat itu ternyata membawa perubahan dalam kehidupan Nona Moi di sekolah. Perlahan, ia mulai membuka diri kepada teman-teman sekelasnya, berbicara lebih banyak meskipun masih dengan cara yang khas, singkat tapi bermakna. Nona Moi menemukan bahwa memiliki teman tidak berarti harus kehilangan kedamaian dalam dirinya.

Sementara itu, di rumah, Pak Noanoa mulai merasakan kerinduan yang semakin mendalam pada istrinya. Dia sering duduk di teras sambil menatap langit malam, berharap melihat pesawat yang membawa Ibu Ngiu pulang. Nona Moi, yang memperhatikan ayahnya dari balik jendela, merasa hatinya ikut bergetar. Ia tahu betapa ayahnya merindukan kehadiran ibu di samping mereka.

Suatu malam, saat mereka sedang menikmati teh hangat, Nona Moi berkata kepada ayahnya, "Yah, apa Ayah merindukan Ibu?"

Pak Noanoa menoleh pada Nona Moi, sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. "Tentu, Nak. Ayah sangat merindukan Ibu. Tapi Ayah tahu, Ibu sedang melakukan pekerjaan yang sangat muNona Moi di sana."

Nona Moi mengangguk. "Aku juga merindukan Ibu. Tapi aku bersyukur masih bisa bersama Ayah setiap hari."

Pak Noanoa tersenyum hangat dan memeluk Nona Moi. "Ayah juga bersyukur, Nak. Kamu adalah cahaya di rumah ini."

Percakapan itu membuat Nona Moi merasa lebih terhubung dengan ayahnya. Meskipun Ibu Ngiu tidak selalu ada di rumah, kehangatan yang mereka rasakan tidak pernah berkurang. Nona Moi menyadari bahwa cinta bisa hadir dalam berbagai bentuk, dan meskipun jarak memisahkan, kasih sayang tetap bisa dirasakan.

Hari-hari berlalu, dan tibalah saat yang dinanti-nanti, akhir pekan ketika Ibu Ngiu pulang ke rumah. Nona Moi dan Pak Noanoa bersiap-siap dengan penuh semangat. Mereka membersihkan rumah, memasak makanan favorit Ibu Ngiu, dan menata meja makan dengan bunga segar.

Ketika Ibu Ngiu akhirnya tiba di rumah, Nona Moi berlari memeluknya dengan erat. "Ibu!" serunya dengan suara ceria.

Ibu Ngiu tersenyum bahagia, membalas pelukan Nona Moi dengan penuh cinta. "Nona Moi, kamu makin cantik saja, Nak. Ibu rindu sekali," ucapnya sambil menatap wajah putrinya.

Di meja makan, keluarga kecil itu menikmati kebersamaan yang hangat. Mereka saling bercerita tentang berbagai hal, tentang pekerjaan Ibu Ngiu di kota, tentang sekolah Nona Moi, dan tentang keseharian Pak Noanoa. Kebersamaan itu membuat mereka menyadari betapa berharganya waktu yang dihabiskan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun