Meskipun teknologi bisa menjadi sumber keterasingan, ia juga dapat digunakan untuk memperkuat hubungan keluarga. Kuncinya terletak pada cara kita memanfaatkannya. Putra pertama kami hampir selama enam bulan tidak memakai handphone. Sejak handphone rusak, kami tidak membelikan gantinya secara langsung. Semacam shock terapy agar anak bertanggung jawab pada barang siap mereka pakai tanpa tahu makna perjuangan orang tua untuk mendapatkannya. Selama di rumah dia menggunakan laptop untuk mengakses atau menghubungi teman-teman sekolahnya. Namun seiring berjalannya waktu, ketika semakin banyak kegiatan di luar rumah, kebutuhan untuk selalu terhubung melalui android makin mendesak. Maka kami pun membelikan sebuah android baru baginya.
Berdasarkan pengalaman sederhana yang kami lakukan di dalam keluarga kecil kami, berikut beberapa langkah yang dapat diambil oleh keluarga modern untuk menjangkau "yang jauh" secara psikologis dengan bantuan teknologi:
Pertama, buat aturan waktu layar. Tentukan waktu tertentu yang memungkinkan semua anggota keluarga meletakkan gadget dan fokus pada interaksi langsung. Misalnya, selama makan malam atau saat berkumpul di akhir pekan.
Kedua, gunakan teknologi untuk aktivitas bersama. Alih-alih hanya membiarkan anak-anak bermain game sendiri, orang tua bisa ikut serta. Pilihlah permainan atau aplikasi edukatif yang bisa dinikmati bersama.
Ketiga, manfaatkan fitur video call untuk terhubung. Teknologi video call bisa menjadi cara untuk tetap terhubung dengan anggota keluarga yang jauh. Namun, jangan biarkan komunikasi virtual sepenuhnya menggantikan interaksi fisik.
Keempat, aplikasi yang menguatkan hubungan. Ada banyak aplikasi yang dirancang untuk mempererat hubungan, seperti aplikasi berbagi foto keluarga atau jurnal digital yang bisa diisi bersama. Ini bisa menjadi cara yang menyenangkan untuk menciptakan kenangan.
Kelima, edukasi tentang bahaya ketergantungan. Diskusikan bersama anggota keluarga mengenai dampak negatif dari penggunaan gadget yang berlebihan. Edukasi ini penting untuk menumbuhkan kesadaran dan tanggung jawab dalam menggunakan teknologi.
Membangun Koneksi yang Lebih Dalam
Pater JB Berthier mengingatkan kita bahwa misi sebenarnya adalah menjangkau hati, bukan hanya fisik. Dalam konteks keluarga, ini berarti membangun koneksi emosional yang kuat, memastikan setiap anggota merasa dicintai dan dihargai, diperhatikan dan disayangi.
Di era ketika teknologi mendominasi banyak aspek kehidupan kita, tugas ini menjadi lebih menantang namun juga lebih penting. Keluarga adalah fondasi dari masyarakat. Ketika keluarga kuat dan saling terhubung, dampaknya akan dirasakan secara luas.
Maka, mari kita gunakan teknologi sebagai alat, bukan pengganti. Dengan demikian, kita dapat menjangkau "yang jauh"---bukan dalam arti jarak, tetapi dalam arti emosional---dan membangun keluarga yang penuh cinta dan perhatian. Demikian beberapa point yang bisa kita catat bersama. Ini bukan satu-satunya, melainkan salah satu contoh dari keluarga saya. Mungkin Anda juga punya pengalaman lain yang lebih menarik.