Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengedukasi di Hari Kebaya Nasional

25 Juli 2024   11:24 Diperbarui: 25 Juli 2024   11:29 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MENGEDUKASI DI HARI KEBAYA NASIONAL

Sebanyak 23 siswa dan 7 guru dari SMK Karya Rini Sleman Yogyakarta bersama dengan 40an komunitas dan organisasi Perempuan di Daerah Istimewa Yogyakarta menghadiri parade kebaya di Kawasan Concourse Candi Borobudur pada 24 Juli 2024. Acara ini diikuti oleh lebih dari 1500 peserta, sehingga berhasil mencatatkan Namanya dalam Museum Rekor Muri Indonesia (MURI). Ini sebuah perayaan budaya yang luar biasa. Beberapa anak dan guru bahkan memakai kebaya yang dihasilkan oleh siswi tata busana di SMK Karya Rini. Betapa bangganya mereka melihat hasil karyanya bermanfaat, terlebih di Hari Kebaya Nasional ini.

Rekor MURI bukanlah tujuan utama diadakan parade ini. Parade dengan tema "Bangga Berkebaya untuk Perempuan Indonesia merupakan bentuk tanggapan atas Keputusan Presiden (Keppress) No 19 Tahun 2023 tentang Hari Kebaya Nasional. Maka rekor MURI ini selain sebagai sebuah apresiasi atas prakarsa yang dilakukan oleh Yayasan Hari Ibu (YHI Kowani) yang juga menaungi SMK Karya Rini Sleman juga sebagai simbol Kebanggaan dan Kebangsaan dari Perempuan Indonesia. Ibarat sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, maka acara peringatan Hari Kebaya Nasional ini hendak mengingatkan kita bahwa betapa kayanya budaya luhur bangsa yang diwariskan oleh nenek moyang kita, salah satunya lewat kebaya.

Melalui tulisan ini saya mengajak Anda untuk tidak hanya membaca tentang meriuh dan mewahnya acara ini, tetapi lebih kepada spirit atau semangat yang mau diangkat oleh Yayasan Hari Ibu untuk memperkenalkan (boleh dikatakan sebagai "tekanan" kepada UNESCO untuk menetapkan kebaya sebagai "intangible cultural heritage" milik Indonesia.

Perayaan yang dihadiri oleh anak-anak, remaja dan ibu-ibu (bahkan Perempuan asing) memberikan gambaran yang oleh Ibu Lisa, salah satu peserta yang hadir sekaligus sebagai guru di SMK Karya Rini disebut sebagai "media edukasi yang paling aktual, menyentuh dan mengedukasi anak-anak dan remaja bahwa kita memiliki kebudayaan yang membanggakan."

Sementara itu, Bu Eka dan Bu Atiek selain merasa senang dengan acara ini (boleh dikatakan nebeng sebagai tuan rumah, karena penyelenggaranya adalah YHI yang juga induk SMK Karya Rini) kalau bisa acara ini selalu berulang atau sering diadakan. "Biar tidak terkesan seremonial semata tetapi memang kita sungguh memiliki rasa bangga pada kebaya yang kita miliki," tegas bu Atiek.

Parade kebaya di Concourse Candi Borobudur menjadi momentum penting bukan hanya menampilkan keindahan kebaya, tetapi juga mengangkat nilai kebangsaan dan kebersamaan. Partisipasi ribuan orang dalam parade ini menunjukkan antusiasme masyarakat untuk melestarikan warisan budaya. Pedagang dan anak-anak dari daerah sekitar juga ikut ambil bagian, memperlihatkan bahwa semangat menjaga tradisi tidak terbatas pada generasi tertentu saja.

(dokumen: instagram  @smkkaryarini)
(dokumen: instagram  @smkkaryarini)

Kebaya: Simbol Kebanggaan dan Kebangsaan

Kebaya adalah pakaian tradisional yang tidak hanya menjadi ikon mode, tetapi juga melambangkan identitas dan kebanggaan nasional bagi perempuan Indonesia. Dengan desain yang elegan dan beragam, kebaya mencerminkan keragaman dan kekayaan budaya Indonesia. Setiap daerah memiliki gaya kebaya yang unik, memperlihatkan warisan sejarah dan nilai-nilai lokal yang berbeda.

Kebaya telah lama diasosiasikan dengan keanggunan dan kekuatan perempuan Indonesia. Dalam sejarahnya, kebaya digunakan oleh perempuan dari berbagai kalangan, menunjukkan fleksibilitas dan adaptabilitas busana ini. Pada masa kini, kebaya terus menjadi simbol emansipasi dan pemberdayaan perempuan, mengingatkan kita akan peran penting mereka dalam menjaga dan mempromosikan budaya. Perempuan Indonesia telah tampil aktif menjadi duta kebudayaan.

Kebangaan ini tentu tidaklah semata-mata seremonial, artinya hanya setahun sekali pas di hari peringatannya. Tetapi menjadi kebanggaan sepanjang hari, sepanjang hidup, sepanjang kita masih menjadi bagian dari Indonesia tercinta ini. Kebanggaan ini bukan juga hanya milik perempuan Indonesia atau komunitas dan organisasi yang hadir di Borobudur, tetapi menjadi kegembiraan dan kebanggaan nasional.

Pelajaran dari Parade Kebaya Nasional

(dokumen: instagram  @smkkaryarini)
(dokumen: instagram  @smkkaryarini)

Parade kebaya ini mengajarkan kita pentingnya kolaborasi dan solidaritas dalam menjaga identitas budaya. Melalui acara ini, kita belajar bahwa kebaya bukan sekadar busana, tetapi juga alat pemersatu yang menghubungkan kita dengan akar budaya dan kebangsaan. Ini adalah pengingat bahwa dalam keragaman terdapat kekuatan, dan dalam kebanggaan terhadap budaya terdapat kebangsaan yang kuat.

Acara yang berlangsung di salah satu situs warisan dunia ini tidak hanya mempromosikan kebaya sebagai pakaian tradisional, tetapi juga menegaskan posisi kebaya sebagai simbol persatuan dan identitas bangsa Indonesia. Parade ini menjadi cerminan bagaimana budaya tradisional dapat dirayakan dan diteruskan ke generasi mendatang.

Selain itu, sebagaimana diungkapkan oleh Bu Lisa, "kegiatan ini menjadi sebuah edukasi yang tidak melulu konseptual, tetapi lebih aktual." Anak-anak dan remaja putri serta para ibu hadir dan memberikan contoh nyata untuk bangga atas warisan budaya, hasil kreasi dan imajinasi yang kemudian membentuk menjadi kebaya. Keindahan olah pikir terwujud dalam karya dengan menghasilkan aneka model kebaya.

Jika setiap tanggal 24 Juli, di seluruh Indonesia serentak melakukan parade kebaya maka sangat mungkin bisa tercatat dalam "Guinness book of records" sebagai satu-satunya parade dengan peserta terbanyak seluruh dunia. Dalam waktu singkat kebaya mengguncang dunia, UNESCO segera mengakui sebagai salah satu kekayaan budaya Indonesia, dan lebih dari itu Perempuan seluruh dunia akan berlomba-lomba memesan kebaya di Indonesia. Permintaan yang besar akan mendorong SMK jurusan Tata Busana akan semakin diminati.

Selamat membaca, sambil menunggu jam pelajaran ke 8-10 siang ini, mari kita berselancar ke Borobudur di hari kemarin untuk ikut berbangga dengan para anak, gadis dan ibu-ibu yang juga bangga berkebaya.

Salam

Alfred B. Jogo Ena

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun