Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tobias

18 Juli 2024   11:42 Diperbarui: 18 Juli 2024   12:52 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(diambil dari: youtube @stefanusdidi)

Tobias

#Untukseorangsahabat

#yangsedangberjuangsehat

Tobias, seorang pria yang penuh semangat. Dengan energi tak terbatas, dia menghabiskan masa mudanya sebagai guru di pedalaman Kalimantan dan Papua. Tempat-tempat yang terpencil dan sering kali terabaikan oleh pemerintah menjadi medan perjuangannya. Setiap hari ia berjalan menyusuri hutan, menyeberangi sungai, dan mendaki bukit untuk mencapai sekolah-sekolah kecil yang terbuat dari bambu dan atap rumbia. Namun, tak pernah sekalipun dia mengeluh. Setiap senyum anak-anak dan sinar harapan di mata mereka adalah bayaran yang lebih dari cukup.

Namun, seperti halnya kehidupan, masa aktif Tobias sebagai pengajar di pedalaman berakhir. Setelah puluhan tahun mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan, Tobias akhirnya pensiun. Pensiun tidak berarti akhir dari semangat hidupnya. Awalnya, dia merencanakan banyak hal untuk masa pensiunnya, seperti berkebun, menulis buku tentang pengalamannya mengajar, dan menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarganya. Tapi takdir berkata lain.

Beberapa tahun setelah pensiun, Tobias mulai merasakan berbagai keluhan kesehatan. Awalnya, hanya rasa lelah dan nyeri di beberapa bagian tubuh. Namun, semakin lama, keluhan itu semakin parah. Setelah serangkaian pemeriksaan medis, dokter menemukan bahwa Tobias menderita beberapa komplikasi serius yang membutuhkan perawatan intensif. Rumah sakit, dokter, dan obat-obatan menjadi rutinitas baru bagi Tobias.

Istrinya, Sara, adalah pilar kekuatan bagi Tobias. Dengan setia, dia mendampingi suaminya dalam setiap tahap pengobatan. Sara selalu memastikan bahwa Tobias mengikuti setiap instruksi dokter dengan tepat, mengingatkan untuk minum obat, dan menemani setiap sesi terapi. Walaupun sering kali terlihat lelah, Sara tidak pernah mengeluh. Kasih sayang dan cintanya pada Tobias adalah sumber kekuatan yang tak tergantikan.

Tobias pun tidak menyerah begitu saja. Meskipun tubuhnya melemah, semangat juangnya tetap menyala. Setiap kali dia merasa putus asa, dia mengingat sebuah doa yang selalu dia yakini: "Dari bilur-bilurmu sembuhkan aku." Doa ini menjadi mantra yang menguatkan imannya setiap hari. Dalam malam yang sunyi, ketika rasa sakit begitu mendera, Tobias dan Sara berdoa dengan khusyuk, memohon kekuatan dan penyembuhan.

Kadang dalam keheningan malam, Tobias sering berbicara dengan Tuhan, berbisik dalam gelap saat Sara tertidur di sampingnya. "Ya Tuhan, aku tahu Engkau melihat penderitaanku. Aku tidak meminta banyak, hanya kekuatan untuk menghadapi hari-hari ini," kata Tobias dengan mata yang basah oleh air mata. Terkadang, dia merasakan kehadiran Tuhan begitu dekat, seolah-olah ada tangan yang lembut menyentuh bahunya, memberikan ketenangan yang tak terlukiskan.

Saat rasa sakit semakin menguat, Tobias sering kali terbangun di tengah malam, menggigil dalam kesunyian. "Mengapa aku, Tuhan? Mengapa aku harus melalui ini semua?" tanyanya, tidak dengan kemarahan, tapi dengan keputusasaan yang mendalam. Namun, setelah mengutarakan pertanyaan itu, dia selalu merasakan dorongan lembut dalam hatinya, mengingatkan bahwa penderitaan adalah bagian dari jalan hidup yang harus diterima. "Tuhan, jika ini adalah cara-Mu menguji imanku, maka kuatkanlah aku," bisiknya penuh keikhlasan.

Sara, yang terkadang terbangun mendengar gumaman suaminya, akan memegang tangannya erat-erat. "Kita tidak sendirian, Tobias. Tuhan selalu bersama kita," kata Sara dengan suara lembut, menenangkan suaminya. Tobias akan memandang wajah istrinya yang penuh kasih, dan dalam tatapan itu, dia menemukan kekuatan yang tak pernah dia sadari sebelumnya. "Terima kasih, Sara. Denganmu di sisiku, aku tahu aku bisa melewati ini," jawab Tobias, merasakan harapan kembali bersemi di hatinya.

Hari-hari berlalu, dan pengobatan demi pengobatan dijalani Tobias dengan tekun. Setiap langkah kecil menuju kesembuhan dirayakan dengan syukur. Ada kalanya Tobias merasa frustasi karena kemajuan yang lambat, tapi dia selalu mengingatkan dirinya sendiri untuk bersabar. "Kesembuhan adalah proses, bukan tujuan akhir," kata-kata ini selalu dia bisikkan pada dirinya sendiri. Apalagi Sara tak pernah membiarkan dia menanggung sendirian. Meski fisiknya tidak sakit, Sara sang istri juga lelah mental karena harus terus berusaha agar tetap kuat menemani suaminya.

Di tengah perjuangannya, Tobias tidak pernah kehilangan semangat untuk hidup. Dia masih mencoba menikmati setiap tarikan nafas yang Tuhan berikan, meskipun mahal harganya. Ketika tubuhnya memungkinkan, Tobias akan duduk di taman rumahnya, menikmati sinar matahari pagi, dan mendengarkan kicauan burung. Taman kecil itu adalah surga bagi Tobias, tempat dia merasa dekat dengan alam dan Sang Pencipta.

Suatu hari, setelah menjalani pemeriksaan rutin, dokter memberikan kabar baik. "Tobias, hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kondisi Anda membaik. Terus ikuti pengobatan dan jaga pola hidup sehat," kata dokter dengan senyum. Kabar itu adalah angin segar bagi Tobias dan Sara. Mereka saling berpelukan, merasakan beban yang perlahan terangkat.

Meskipun jalan menuju kesembuhan masih panjang, Tobias tidak pernah merasa sendirian. Doa dan dukungan dari Sara serta keyakinannya pada kekuatan bilur-bilur penyembuhan memberinya harapan yang tak pernah padam. Dalam setiap doa malamnya, Tobias selalu mengucapkan syukur atas setiap hari baru yang Tuhan berikan. Dia belajar untuk menghargai setiap momen, sekecil apapun itu.

Tobias menyadari bahwa kehidupan adalah anugerah yang harus disyukuri, meskipun penuh dengan tantangan dan cobaan. Setiap rasa sakit yang dia rasakan, setiap tetes air mata yang mengalir, adalah bagian dari perjalanan hidupnya yang penuh warna. Dengan iman yang kuat dan dukungan dari Sara, Tobias terus berjuang, berharap suatu hari nanti dia bisa benar-benar sembuh dan menikmati hari-hari pensiunnya dengan damai.

Hingga saat itu tiba, Tobias tetap setia pada doanya, tetap percaya pada mukjizat dari bilur-bilur penyembuhan, dan tetap menikmati setiap tarikan nafas yang Tuhan berikan, karena bagi Tobias, setiap detik kehidupan adalah anugerah yang tak ternilai harganya. Tobias percaya akan kata-kata Petrus ini, "Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh" (1 Ptr 2:24).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun