Tobias
#Untukseorangsahabat
#yangsedangberjuangsehat
Tobias, seorang pria yang penuh semangat. Dengan energi tak terbatas, dia menghabiskan masa mudanya sebagai guru di pedalaman Kalimantan dan Papua. Tempat-tempat yang terpencil dan sering kali terabaikan oleh pemerintah menjadi medan perjuangannya. Setiap hari ia berjalan menyusuri hutan, menyeberangi sungai, dan mendaki bukit untuk mencapai sekolah-sekolah kecil yang terbuat dari bambu dan atap rumbia. Namun, tak pernah sekalipun dia mengeluh. Setiap senyum anak-anak dan sinar harapan di mata mereka adalah bayaran yang lebih dari cukup.
Namun, seperti halnya kehidupan, masa aktif Tobias sebagai pengajar di pedalaman berakhir. Setelah puluhan tahun mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan, Tobias akhirnya pensiun. Pensiun tidak berarti akhir dari semangat hidupnya. Awalnya, dia merencanakan banyak hal untuk masa pensiunnya, seperti berkebun, menulis buku tentang pengalamannya mengajar, dan menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarganya. Tapi takdir berkata lain.
Beberapa tahun setelah pensiun, Tobias mulai merasakan berbagai keluhan kesehatan. Awalnya, hanya rasa lelah dan nyeri di beberapa bagian tubuh. Namun, semakin lama, keluhan itu semakin parah. Setelah serangkaian pemeriksaan medis, dokter menemukan bahwa Tobias menderita beberapa komplikasi serius yang membutuhkan perawatan intensif. Rumah sakit, dokter, dan obat-obatan menjadi rutinitas baru bagi Tobias.
Istrinya, Sara, adalah pilar kekuatan bagi Tobias. Dengan setia, dia mendampingi suaminya dalam setiap tahap pengobatan. Sara selalu memastikan bahwa Tobias mengikuti setiap instruksi dokter dengan tepat, mengingatkan untuk minum obat, dan menemani setiap sesi terapi. Walaupun sering kali terlihat lelah, Sara tidak pernah mengeluh. Kasih sayang dan cintanya pada Tobias adalah sumber kekuatan yang tak tergantikan.
Tobias pun tidak menyerah begitu saja. Meskipun tubuhnya melemah, semangat juangnya tetap menyala. Setiap kali dia merasa putus asa, dia mengingat sebuah doa yang selalu dia yakini: "Dari bilur-bilurmu sembuhkan aku." Doa ini menjadi mantra yang menguatkan imannya setiap hari. Dalam malam yang sunyi, ketika rasa sakit begitu mendera, Tobias dan Sara berdoa dengan khusyuk, memohon kekuatan dan penyembuhan.
Kadang dalam keheningan malam, Tobias sering berbicara dengan Tuhan, berbisik dalam gelap saat Sara tertidur di sampingnya. "Ya Tuhan, aku tahu Engkau melihat penderitaanku. Aku tidak meminta banyak, hanya kekuatan untuk menghadapi hari-hari ini," kata Tobias dengan mata yang basah oleh air mata. Terkadang, dia merasakan kehadiran Tuhan begitu dekat, seolah-olah ada tangan yang lembut menyentuh bahunya, memberikan ketenangan yang tak terlukiskan.
Saat rasa sakit semakin menguat, Tobias sering kali terbangun di tengah malam, menggigil dalam kesunyian. "Mengapa aku, Tuhan? Mengapa aku harus melalui ini semua?" tanyanya, tidak dengan kemarahan, tapi dengan keputusasaan yang mendalam. Namun, setelah mengutarakan pertanyaan itu, dia selalu merasakan dorongan lembut dalam hatinya, mengingatkan bahwa penderitaan adalah bagian dari jalan hidup yang harus diterima. "Tuhan, jika ini adalah cara-Mu menguji imanku, maka kuatkanlah aku," bisiknya penuh keikhlasan.
Sara, yang terkadang terbangun mendengar gumaman suaminya, akan memegang tangannya erat-erat. "Kita tidak sendirian, Tobias. Tuhan selalu bersama kita," kata Sara dengan suara lembut, menenangkan suaminya. Tobias akan memandang wajah istrinya yang penuh kasih, dan dalam tatapan itu, dia menemukan kekuatan yang tak pernah dia sadari sebelumnya. "Terima kasih, Sara. Denganmu di sisiku, aku tahu aku bisa melewati ini," jawab Tobias, merasakan harapan kembali bersemi di hatinya.