Jika edisi sebelumnya topik pilihan tentang pelabelan gula di produk kemasan, maka untuk mengurangi konsumsi gula, disarankan agar alpukat juga dimakan yang masih original saja. Biarkan khasiat alami dalam alpukat tidak terkontaminasi oleh gula atau susu yang ditambahkan pada alpukat. Biarkan kadar gula alami dalam alpukat merasuk dalam diri tanpa "intervensi" gula buatan yang belum tentu sehat.
Menulis tentang alpukat bagi saya adalah menulis tentang kenangan masa remaja yang indah, yang dengan sederhana memakan nasi campur alpukat. Kebiasaan ini hanya ada di asrama Seminari Mataloko, tempat para calon imam membentuk masa depan dengan tambahan nutrisi alami dari ibu-ibu yang berasal dari kampung sekitar asrama. Alpukat kini menjadi nostalgia tentang masa remaja, tentang semangat menimba ilmu agar bisa menjadi pastor katolik, kala itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H