Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Alpukat, Nostalgia Tentang Rasa

15 Juli 2024   22:05 Diperbarui: 15 Juli 2024   22:37 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(salah satu jenis alpukat dari NTT, sumber: floreseditorial.com)

Jika edisi sebelumnya topik pilihan tentang pelabelan gula di produk kemasan, maka untuk mengurangi konsumsi gula, disarankan agar alpukat juga dimakan yang masih original saja. Biarkan khasiat alami dalam alpukat tidak terkontaminasi oleh gula atau susu yang ditambahkan pada alpukat. Biarkan kadar gula alami dalam alpukat merasuk dalam diri tanpa "intervensi" gula buatan yang belum tentu sehat.

Menulis tentang alpukat bagi saya adalah menulis tentang kenangan masa remaja yang indah, yang dengan sederhana memakan nasi campur alpukat. Kebiasaan ini hanya ada di asrama Seminari Mataloko, tempat para calon imam membentuk masa depan dengan tambahan nutrisi alami dari ibu-ibu yang berasal dari kampung sekitar asrama. Alpukat kini menjadi nostalgia tentang masa remaja, tentang semangat menimba ilmu agar bisa menjadi pastor katolik, kala itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun