Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pendidikan Nonformal dengan 7 Modal

11 Juli 2024   22:44 Diperbarui: 12 Juli 2024   09:32 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, adanya kesiapan hidup. Dengan fokus pada keterampilan praktis dan soft skills, siswa lebih siap menghadapi tantangan kehidupan nyata di kemudian hari. 

Pendidikan nonformal sering kali lebih cepat mengadopsi teknologi baru dan metode pengajaran inovatif. Kursus coding, robotik, dan literasi digital membantu anak-anak menguasai keterampilan teknologi yang penting untuk masa depan mereka.

Ketiga, adanya Inklusivitas dan Aksesibilitas. Sekolah ini menjangkau berbagai lapisan masyarakat, termasuk mereka yang mungkin terpinggirkan dalam sistem pendidikan formal tradisional. 

Kegiatan kelompok, seperti proyek komunitas, klub olahraga, dan kegiatan seni, memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk belajar dan mempraktikkan keterampilan kerja sama, komunikasi, dan kolaborasi. 

Anak-anak didik lebih mudah untuk bekerja sama tanpa memandang agama dan suku. Mereka membaur sebagai anak bangsa yang bangga dengan keindonesiaannya.

Contoh kolaborasi formal dan nonformal ada dan terjadi di SMP Kebangsaan Bharata, Kedawung, Jumantono, Karanganyar, Jawa Tengah. Ada program unggulan di sekolah ini yang amat menarik yakni Paspena dan Asdulam. 

Paspena merupakan Pasukan Penolong Ayah. Para anggota pasukan yang bertopi caping (topi khas petani di Jawa) dengan baju coklat seperti polisi dan celana panjang loreng seperti tentara siap turun ke sawah-sawah di dekat sekolah untuk membantu para petani. 

Kegiatan ini dimaksudkan agar siswa selain "memahami" pekerjaan seorang ayah di sawah, juga melatih kerja sama dan mau berkotor ria di sawah untuk mencangkul, mencabut rumput, atau memanen padi. Kegiatan ini sangat menarik karena memberikan sebuah pemahaman tentang nilai kerja bagi siswa.

(screenshoot dari video sekolah SMP Kebangsaan)
(screenshoot dari video sekolah SMP Kebangsaan)

Ada juga program Asdulam atau asrama dua malam. Dalam bincang-bincang bersama Kepala Sekolah SMP Kebangsaan Bharata, Kedawung (salah satu SMP yang bernaung di bawah Yayasan Mangunan) pada hari Senin 8 Juli 2024 lalu, Pak Gress Raja menuturkan bahwa program ini menjadi semacam latihan kerja sama dan kerja tangan secara berkelompok. 

Anak-anak akan membentuk kelompok. Ada yang bertugas memasak, membersihkan halaman sekolah, lalu ada senam dan latihan rohani bersama. Anak-anak akan nginap dua malam di sekolah atau pun di rumah warga sekitar. Sekolah formal dan nonformal bisa berjalan bersama dalam satu atap.

Tentu mereka akan didampingi secara penuh orang para guru termasuk Gress Raja, seorang mantan Manager HRD yang sudah mapan namun meninggalkan kerjanya dan lebih memilih menjadi kepala sekolah (dengan gaji kecil) di sebuah kampung terpencil di wilayah Karanganyar Jawa Tengah. Sebuah pengabdian yang menginspirasi warga setempat, karena dia seorang perantau asal Flores yang punya cinta untuk anak-anak sekolah.  Berkat tangan dingin dan dedikasinya, sekolah yang hampir ditutup karena kekurangan murid, kini menjadi salah satu sekolah favorit di Kabupaten Karanganyar, Jateng. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun