Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tersandung di Tikungan Rayuan

5 Juli 2024   19:16 Diperbarui: 5 Juli 2024   19:54 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com)

Sinta mengangguk penuh pengertian. "Kamu harus tegas, Nina. Kalau kamu merasa tidak nyaman, sampaikan saja. Tapi lakukan dengan profesional."

Keesokan harinya, Nina memberanikan diri untuk berbicara dengan Pak Danu. "Pak, saya ingin bicara tentang tugas-tugas yang Bapak berikan. Saya merasa beban kerja saya sudah cukup banyak dan saya ingin menyelesaikan pekerjaan utama saya dengan baik."

Pak Danu tampak terkejut. "Nina, kamu tidak mau membantu saya lagi?" ucapnya dengan nada menyudutkan.

"Saya tetap ingin membantu, Pak. Tapi saya juga ingin memastikan pekerjaan saya sendiri tidak terabaikan. Dan saya merasa tidak nyaman dengan perhatian Bapak yang berlebihan," jawab Nina tegas.

Nina melaporkan kejadian tersebut ke HRD perusahaan. Setelah beberapa minggu penyelidikan, akhirnya terungkap bahwa Pak Danu memang sering kali melakukan tindakan asusila terhadap beberapa karyawan perempuan lainnya. Kasus ini membuat geger seluruh perusahaan.

Pihak manajemen segera mengambil tindakan tegas. Pak Danu diberhentikan dari jabatannya dan dipecat dengan tidak hormat. Sang Boss akhirnya tersandung di tikungan rayuannya sendiri. Ia merayu gadis yang salah, seorang gadis pemberani dan tahu membedakan batasan privat dan professional. Sejak saat itu Perusahaan memberikan atensi untuk semua karyawan, termasuk para atasan di dalam perusahaan agar tahu membedakan kerja professional dan rayuan cinta sesaat yang menyesatkan. Semua karyawan -- pria dan wanita - diberi pelatihan tentang pelecehan seksual dan bagaimana melaporkannya.

Nina merasa lega. Meski sempat ragu, ia akhirnya menemukan kekuatan untuk bersuara dan berdiri melawan ketidakadilan. Kini, ia bekerja dengan lebih tenang dan tahu bahwa perusahaan tempatnya bekerja tidak akan mentoleransi perilaku yang tidak bermoral.

NB:
Cerita ini fiktif belaka. Para tokoh juga fiktif, jika ada yang sama namanya itu hanya kebetulan. Cerita ini adalah pengingat bahwa kita harus berani menyuarakan ketidakadilan dan pelecehan di tempat kerja. Profesionalisme bukan berarti menerima semua permintaan tanpa mempertimbangkan kenyamanan dan batasan pribadi kita. Berani menolak dan melaporkan tindakan yang tidak pantas adalah langkah penting dalam menjaga integritas dan martabat diri kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun