Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tersandung di Tikungan Rayuan

5 Juli 2024   19:16 Diperbarui: 5 Juli 2024   19:54 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TERSANDUNG DI TIKUNGAN RAYUAN 

Di sebuah perusahaan yang sibuk di pusat kota, Nina adalah seorang pegawai yang rajin dan berdedikasi. Ia selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam pekerjaannya. Karena kerajinan dan dedikasinya ini, sang bos merasa tertarik padanya. Ia sudah merencakan sesuatu agar selain bekerja juga mendapatkan sang bawahan namun tanpa suatu paksaan. Ia harus bermain cantik secantik Nina yang disukainya. Suatu hari, bosnya, Pak Danu, memanggilnya ke ruangannya.

"Nina, bisa bantu saya selesaikan laporan ini? Ini sangat mendesak dan harus selesai malam ini," kata Pak Danu dengan senyuman yang selalu tampak ramah di wajahnya.

Nina mengangguk meski dalam hatinya sedikit resah. Pekerjaannya sendiri masih menumpuk dan belum terselesaikan. Tapi, karena tak ingin dianggap tidak profesional, ia pun menerima tugas tambahan itu.

Hari demi hari, permintaan Pak Danu semakin sering datang. Tugas-tugas mendadak dan menumpuk mulai mengganggu pekerjaan utama Nina. Namun, yang lebih mengganggu adalah cara Pak Danu mulai menunjukkan perhatian yang berlebihan padanya.

"Nina, kamu bekerja sangat keras. Bagaimana kalau kita makan malam bersama nanti? Saya ingin membicarakan peluang karirmu di perusahaan ini," ucap Pak Danu dengan nada menggoda.

Mendengar ajakan Pak Danu, hati Nina berdegup kencang. Dalam benaknya, berbagai pikiran berkecamuk. Sebagai seorang profesional, ia tahu bahwa tawaran makan malam tersebut seharusnya tidak perlu dikhawatirkan. Namun, nada menggoda yang digunakan oleh Pak Danu membuatnya merasa tidak nyaman. Nina selalu berusaha menjaga batasan antara kehidupan pribadi dan profesional, dan ajakan ini tampak melampaui batasan itu. Ia takut jika menolak, karirnya bisa terancam, mengingat Pak Danu adalah atasan langsungnya yang memiliki pengaruh besar di perusahaan.

Namun, Nina juga sadar bahwa mengiyakan ajakan tersebut bisa berarti mengorbankan prinsip dan kenyamanannya. Batin Nina bergejolak, antara rasa takut mengecewakan atasan dan keinginan untuk menjaga integritas diri. Ia tahu bahwa keputusan ini bukan hanya tentang makan malam, tapi tentang bagaimana ia menegakkan batasan profesional yang sehat. Nina merasa harus tegas untuk menjaga dirinya, meski itu berarti menghadapi risiko dalam karirnya. Akhirnya, dengan segala keberanian yang ia kumpulkan, Nina memutuskan untuk menolak ajakan tersebut dengan halus namun tegas, sambil berharap bahwa profesionalismenya akan dipahami dan dihargai. Akhirnya, Nina menolak dengan halus, "Terima kasih, Pak. Tapi saya sudah ada janji dengan keluarga."

Situasi semakin sulit. Pak Danu mulai memberikan tugas-tugas yang tidak masuk akal dan sering kali disertai dengan rayuan yang semakin jelas. Nina merasa tertekan dan bingung harus bagaimana. Hingga suatu hari, ia memutuskan untuk berdiskusi dengan rekan kerjanya, Sinta.

"Sinta, aku sudah nggak nyaman dengan sikap Pak Danu. Setiap kali dia memberikan tugas, selalu ada rayuan yang mengikutinya. Aku harus gimana ya?" keluh Nina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun