Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Datang dan Pergi, Siswa Bisa Apa?

29 Juni 2024   15:12 Diperbarui: 29 Juni 2024   18:54 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: wacana-edukasi.com)

GURU DATANG DAN PERGI, SISWA BISA APA?

Setiap kali kenaikan kelas atau kelulusan siswa, selalu ada guru yang pergi entah mendapatkan tempat tugas baru maupun pekerjaan lain dengan gaji yang lebih menjanjikan. Nasib anak didik pun sama. Setiap semester atau setiap tahun akan mengalami perubahan cara mengajar dan cara pendekatan dari guru meski kurikulum yang dipakai sama. Kasus perpindahan guru semacam ini paling banyak terjadi di sekolah swasta. Selama saya ikut mengajar di sebuah sekolah swasta, saya menyaksikan sudah empat guru yang mengundurkan diri bahkan ketika semester masih berjalan. Apa yang semestinya dilakukan pemerintah agar bisa membantu yayasan dalam menjamin hak hidup gurunya sehingga mereka tidak berpaling ke lain sekolah atau lain pekerjaan.

Perpindahan ini menyebabkan perubahan dalam metode pengajaran dan pendekatan kepada siswa, meskipun kurikulum yang digunakan tetap sama. Perpindahan guru yang sering terjadi di sekolah swasta ini menimbulkan beberapa tantangan bagi kontinuitas dan konsistensi dalam proses pendidikan teutama kepada anak didik.

Pertama, masalah ini mencerminkan ketidakstabilan dalam tenaga pengajar di sekolah-sekolah swasta. Guru-guru yang pindah mengakibatkan siswa harus beradaptasi dengan gaya mengajar dan pendekatan baru, yang bisa mengganggu proses belajar mereka. 

Kontinuitas dalam pengajaran adalah aspek penting untuk perkembangan akademis dan emosional siswa. Pemerintah perlu memahami bahwa kestabilan tenaga pengajar adalah kunci untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Kedua, untuk mengatasi masalah ini, pemerintah dapat mengadopsi kebijakan yang memberikan insentif dan dukungan kepada guru-guru yang bekerja di sekolah swasta. Karena tugas mencerdakan kehidupan bangsa bukan hanya mereka yang bekerja di lembaga-lembaga pendidikan pemerintah (negeri) tetapi juga di sekolah swasta. 

Sehingga insentif pun berlaku sama baik swasta maupun negeri (terutama para guru honorer/relawan yang belum mengikuti sertifikasi). Insentif tersebut bisa berupa peningkatan gaji, tunjangan kesehatan, dan program pengembangan profesional yang berkelanjutan. 


Dengan demikian, guru akan merasa dihargai dan termotivasi untuk tetap bertahan di sekolah tempat mereka mengajar saat ini.

Ketiga, penting juga untuk memastikan bahwa sekolah swasta memiliki dana yang cukup untuk memberikan gaji yang kompetitif dan layak kepada guru-gurunya. 

Pemerintah dapat memberikan subsidi atau bantuan keuangan kepada sekolah-sekolah swasta yang memenuhi standar tertentu, sehingga mereka mampu menjaga kesejahteraan guru-guru mereka. Hal ini akan membantu mengurangi tingkat perpindahan guru karena alasan finansial. 

Penyaluran dan pemanfaatan dana BOS mestinya juga ikut menyasar kesejahteraan guru. Ada semacam ketidakadilan dalam system penggajian di negara ini. 

Guru gajinya lebih kecil dibandingkan dengan anggota dewan. Padahal kerja guru lebih berat dibandingkan dengan anggota dewan. Guru yang digaji besar akan lebih siap mendidik dan mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota dewan yang sungguh bekerja untuk rakyat, bukan yang datang ketemu rakyat lima tahunan ketika hendak maju lagi.

Keempat, selain insentif finansial, perlindungan kerja yang memadai juga diperlukan untuk menjamin stabilitas tenaga pengajar. Pemerintah bisa bekerja sama dengan yayasan pendidikan untuk menyusun kontrak kerja yang adil dan menguntungkan bagi guru, termasuk jaminan kepastian kerja dan perlindungan hak-hak mereka. 

Dengan jaminan tersebut, guru akan merasa lebih aman dan memiliki komitmen jangka panjang terhadap sekolah. Sehingga fokus guru hanyalah mempersiapkan bahan ajar dan berdinamika bersama siswa, bukan memikirkan "dapurnya masih ngepul atau tidak" dengan mencari tambahan penghasilan di luar kerja pokok sebagai guru.

Kelima, program pelatihan dan pengembangan profesional harus diperkuat untuk meningkatkan keterampilan dan kompetensi guru. Pemerintah dapat menyediakan pelatihan reguler dan sertifikasi untuk membantu guru-guru meningkatkan kualitas pengajaran mereka. Guru yang merasa dihargai dan diberi kesempatan untuk berkembang lebih cenderung untuk tetap tinggal di sekolah yang sama.

Dan keenam, pemerintah perlu memperhatikan kesejahteraan guru tidak hanya dari sisi finansial, tetapi juga dari sisi lingkungan kerja dan dukungan psikologis. Lingkungan kerja yang kondusif dan dukungan dari rekan kerja serta manajemen sekolah sangat penting untuk kesejahteraan mental dan emosional guru. Dengan perhatian yang holistik terhadap kesejahteraan guru, perpindahan tenaga pengajar dapat diminimalkan, sehingga kontinuitas dan kualitas pendidikan dapat terjaga dengan baik.

(sumber: acerid.com)
(sumber: acerid.com)

Siswa Bisa Apa?

Pihak yang paling dirugikan dari seringnya pergantian guru mata pelajaran di sebuah sekolah adalah para siswa. Dampaknya bagi siswa dan sekolah tersebut sangat esensial, antara lain, Pertama seringnya pergantian guru menyebabkan ketidakstabilan dalam proses pembelajaran. 

Siswa harus terus beradaptasi dengan gaya mengajar dan metode baru, yang dapat mengganggu kontinuitas dan pemahaman mereka terhadap materi pelajaran. 

Selain itu, hubungan yang kuat antara guru dan siswa penting untuk keberhasilan pendidikan. Seringnya pergantian guru menghalangi pembentukan ikatan ini, sehingga guru baru memerlukan waktu untuk memahami kebutuhan dan gaya belajar masing-masing siswa.

Kedua, ketidakpastian dan perubahan terus-menerus dapat menurunkan motivasi siswa. Mereka mungkin merasa tidak memiliki sosok yang konsisten untuk memberikan bimbingan dan dukungan, yang dapat mempengaruhi minat belajar mereka secara keseluruhan.

Dan ketiga, guru baru mungkin memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri dengan kurikulum dan standar sekolah, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam kualitas pengajaran sementara mereka beradaptasi.

Sering terjadinya pergantian guru di sebuah sekolah menimbulkan banyak kerugian, terutama bagi siswa yang kehilangan stabilitas dan kontinuitas dalam pendidikan mereka.

Tulisan ini hanya sebuah gugatan kepada para pemangku kepentingan di dunia pendidikan, khususnya menteri agar lebih memperhatikan kesejahteraan guru, bukan sibuk dengan perubahan kurikulum yang kian hari kian menjadikan para guru sebagai petugas administrasi yang sibuk mencatat laporan dari A - Z, daripada menyiapkan materi untuk anak didik itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun