Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Tipe Pemimpin Menurut Pepatah Daerah

5 Juni 2024   09:08 Diperbarui: 5 Juni 2024   09:09 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TIPE PEMIMPIN MENURUT PEPATAH DAERAH

Oleh: Alfred B. Jogo Ena

Geliat dan keriuhan menjelang pemilihan kepala daerah yang akan dilaksankan pada Rabu, 27 November 2024 baik untuk pemilihan bupati maupun pemilihan gubernur di seluruh Indonesia mulai terasa. Keriuhan itu terutama oleh barisan pendukung setia dan bahkan fanatik dari para calon yang mulai "jualan" ke partai-partai politik agar segera meminang mereka. Tentu pinangan yang tidak gratis. Selama itu berjalan dalam koridor demokrasi yang dewasa, yang saling menghargai perbedaan tanpa harus "menelanjangi" kelemahan pribadi yang seharusnya menjadi ranah privat dan bukan ranah publik, sangatlah sejalan dengan arti demokrasi itu sendiri.

Kali ini saya mencoba mengupas secara singkat tentang tipe-tipe pemimpin menurut beberapa ungkapan dalam bahasa Bajawa di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Masyarakat agraris seperti di Ngada (dan Indonesia pada umumnya) memiliki kearifan lokal dalam memberikan kriteria bagi calon pemimpinnya. Bagi yang mempunyai pandangan, atau padanan dalam bahasa setempat silakan menerjemahkannya untuk mendukung jagoannya. Tulisan ini tidak berpretensi untuk menunjuk pada figur tertentu, tetapi bermaksud memberi gambaran kepada pemilih untuk menentukan siapa pemimpinnya.

Pertama, "Nunu rada bata, fao masa kedhi banga" (arti harafiahnya: pohon beringin yang berada di ujung kampung (biasa gerbang kampung) menjadi tempat berteduh semua orang, baik besar maupun kecil). Seorang pemimpin itu seorang pengayom, seorang figur yang bisa melindungi, mengayomi, menaungi semua orang. Kalimat itu sangat indah, memberikan gambaran tentang peran seorang pemimpin yang sesungguhnya.

Seorang pemimpin bukan hanya sosok yang memegang kekuasaan, tetapi juga harus menjadi pengayom bagi rakyatnya. Seperti pohon beringin yang memberikan perlindungan dan kesejukan bagi semua yang berada di sekitarnya, seorang pemimpin juga seharusnya memberikan perlindungan dan kenyamanan kepada seluruh rakyatnya, tanpa memandang status atau kedudukan mereka. Sebagai pengayom dia tidak bisa pilih-pilih siapa yang menjadi rakyatnya. Bagai beringin yang tidak memilih burung manapun untuk bersarang atau manusia manapun untuk berteduh, seorang pemimpin harusnya demikian. Ia menjadi milik umum, sekalipun masuk dan berdiri lewat pintu partai tertentu.

(jatim.antaranews.com)
(jatim.antaranews.com)

Kedua, "Mosa lina, mosa meku dhapi mosa kisa" (mosa lina= pemimpin yang bersih dan adil; mosa meku= pemimpin yang lembut; mosa kisa= pemimpin yang bisa menengahi, adil). Seorang pemimpin/kepala daerah dalam dirinya tersemat atribut sebagai mosa lina, mosa meku dan mosa kisa. Kalimat ini menggambarkan tiga atribut penting yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin atau kepala daerah. Seorang pemimpin yang bersih dan adil (mosa lina) menunjukkan integritas dan keadilan dalam menjalankan tugasnya. Pemimpin yang lembut (mosa meku) menunjukkan kebijaksanaan dan empati dalam memperlakukan rakyatnya. Dan pemimpin yang bisa menengahi dan adil (mosa kisa) menunjukkan kemampuan untuk menyelesaikan konflik dan memastikan bahwa keputusan yang diambil menguntungkan semua pihak.

Kombinasi dari ketiga atribut ini akan membentuk sosok pemimpin yang ideal, mampu memimpin dengan baik dan memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat. Dan itu tergambarkan dengan jelas dalam sepak terjangnya selama ini di tengah-tengah masyarakat. Pemimpin yang demikian sering disebut: "fiki ba nono dhiri, lina nga pia kisa" pemimpin yang bisa menyingkirkan yang kotor ke pinggiran dan menempatkan yang jernih di tengah-tengahnya. Setiap keputusannya adalah untuk menegakan kebenaran bagi semua dengan menyingkirkan yang menghalangi kepentingan umum ke pinggiran ataudijauhkan dari kekuasaannya. Dalam konsep Ki Hadjar Dewantara, pemimpin model ini disebut ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Ia hadir di depan, di tengah, dan di belakang agar bisa menjadi mosa lina, mosa meku dan mosa kisa.

Ketiga, "Kezo uli, tange dala" (artinya memutar haluan sesuai arah yang tepat). Pemimpin tipe ini dipercaya sebagai pemimpin yang setia pada arah dan tujuan perjuangannya, yang seia sekata antara janji yang terukur dengan kenyataan yang bisa dikerjakan. Pemimpin model ini, tidak suka basa basi, tidak suka mengumbar janji. Yang penting sudah terpilih, sekarang terserah gue itu bukan hasrat pemimpin seperti ini. Dia bukan pemimpin aji mumpung, yang lain janji lain pula perbuatannya. Kalimat ini menggambarkan sosok pemimpin yang teguh pada prinsip dan komitmen, serta konsisten dalam menjalankan tugasnya. Pemimpin seperti ini dikenal sebagai sosok yang tidak suka berbelit-belit dan tidak suka membuat janji yang tidak bisa dipenuhi. Mereka memegang teguh nilai-nilai kejujuran, integritas, dan tanggung jawab.

Bagi pemimpin model ini, yang penting bukanlah sekadar mendapatkan kekuasaan, tetapi bagaimana mereka dapat memenuhi janji-janji yang telah mereka buat dan mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dengan cara yang benar dan tepat. Ini adalah ciri-ciri yang sangat dihargai oleh masyarakat karena menunjukkan kepercayaan dan keandalan dari seorang pemimpin. Dialah pemegang kendali arah kebijakan dan berjalannya sebuah daerah entah tingkat kabupaten, kota atau propinsi. Tentu ia membawa juga visi dan misi partai pendukungnya, tetapi tentu saja ketika menjadi pemimpin visi dan misi tersebut sudah menjadi milik bersama.

(posrakyat.com)
(posrakyat.com)

Keempat, "Mosa pado pera, mosa pera zala, mosa da dhanga na'a pata" (artinya, mosa pado pera=pemimpin yang bisa mengajar, bisa memberi teladan; mosa pera zala= pemimpin sebagai penunjuk jalan; mosa da dhanga na'a pata= pemimpin yang bisa menasihati dan mendidik, yang sinkron antara kata dan perbuatannya). Pemimpin model ini adalah pemimpin yang bisa menjadi teladan, panutan. Kalimat tersebut sangat menggambarkan peran penting seorang pemimpin dalam memberikan contoh yang baik kepada masyarakatnya. Seorang pemimpin yang bisa mengajar dan memberi teladan (mosa pado pera) menunjukkan bahwa mereka tidak hanya memimpin dengan kata-kata, tetapi juga dengan perbuatan yang baik dan mulia.

Mereka menjadi inspirasi bagi orang lain untuk mengikuti jejaknya. Pemimpin sebagai penunjuk jalan (mosa pera zala) mencerminkan kemampuan seorang pemimpin untuk memberikan arahan yang jelas dan bijaksana bagi masyarakatnya. Mereka memberikan panduan dan petunjuk yang dibutuhkan agar masyarakat dapat mencapai tujuan bersama dengan baik. Pemimpin yang bisa menasihati dan mendidik, serta konsisten antara kata dan perbuatan (mosa da dhanga na'a pata), menunjukkan bahwa mereka tidak hanya berbicara saja, tetapi juga bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang mereka ajarkan. Mereka memberikan nasihat yang bijaksana dan memberikan pendidikan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya.

Tiga aspek ini membentuk sosok pemimpin yang tidak hanya berkuasa, tetapi juga memiliki integritas, kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat yang dipimpinnya. Pemimpin seperti ini dikenal dengan istilah: dia ngia moe ja'i pera wai, menari paling depan sebagai "patokan" bagi barisan penari di belakangnya. Seorang pemimpin itu diibaratkan sebagai pemimpin ja'i yang lentur, yang bisa mengarahkan gerak dan gaya penari di belakangnya. Selentur-lenturnya pemimpin dia tetap seorang yang bisa memberikan teladan, yang teguh dalam prinsip dan lembut dalam cara penerapan.

Kelima, "Dia kisa sama saka woka, dia logo wi dho'o toko tengu" (dia kisa sama soka woka= di tengah seperti "pacul" yang membalik tanah; dia logo wi dho'o toko tengu= di belakang untuk memegang tengkuk, menahan beban di kepala). "Dia kisa sama saka woka" menggambarkan peran seseorang yang berada di tengah-tengah, seperti alat yang digunakan untuk membalik tanah. Ini menyoroti posisi seseorang yang bekerja secara langsung dalam melakukan tugas-tugas penting, seperti membuat perubahan atau menghadapi tantangan. "Dia logo wi dho'o toko tengu" menggambarkan peran seseorang yang berada di belakang, siap untuk memberikan dukungan dan bantuan. Mereka bertindak sebagai penopang atau pengawal, membantu menangani beban dan memberikan kekuatan moral kepada yang berada di depan.

Keduanya adalah peran yang penting dalam suatu sistem atau dalam hubungan antarpribadi. Yang berada di tengah memimpin aksi dan mengambil tanggung jawab langsung, sementara yang berada di belakang memberikan dukungan dan bantuan, memastikan bahwa yang berada di depan tidak terbebani terlalu berat. Dengan saling bekerja sama, keseimbangan dan kesuksesan dapat tercapai. Bagi masyarakat agraris seperti di Ngada ungkapan ini sangat jelas bahwa seorang pemimpin itu seperti seorang tukang cangkul yang berusaha menggemburkan tanah pertaniannya. Dan biasanya di desa, orang selalu bekerja sama secara bergotong royong. Maksudnya seorang pemimpin yang sukses dan berhasil itu selalu melibatkan banyak orang untuk maju bersama. Dan untuk itu sang pemimpin biasanya memberikan contoh dengan teladannya sendiri. Kalau meminta warganya menanam pohon, maka ia sendiri sudah melakukannya untuk dirinya sendiri. Ketika meminta rakyatnya untuk hidup sederhana, dia sendiri bisa mencontohkan meski dia sangat kaya raya.

Keenam, "Bani moe lako witu, jota moe jara maka roga" (artinya berani seperti anjing berburu dan lincah seperti kuda yang berlari di atas bebatuan). "Berani seperti anjing berburu" menyoroti keberanian yang diperlukan untuk menghadapi situasi sulit atau bahaya, seperti yang dimiliki oleh anjing berburu yang tidak takut untuk mengejar mangsanya.

Keberanian ini penting untuk menghadapi rintangan dan mencapai tujuan. "Lincah seperti kuda yang berlari di atas bebatuan" menunjukkan kecepatan, ketangkasan, dan ketangguhan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi yang berubah-ubah. Kuda yang lincah mampu melintasi medan yang sulit dengan mudah, menyesuaikan diri dengan cepat terhadap perubahan dan tantangan. Gabungan dari kedua sifat ini menciptakan gambaran seseorang yang tidak hanya berani menghadapi rintangan, tetapi juga cepat tanggap dan mampu beradaptasi dengan lingkungan yang dinamis.

Sifat-sifat ini sangat berharga dalam menghadapi kehidupan sehari-hari yang penuh dengan tantangan dan perubahan. Pemimpin model ini adalah pemimpin yang berani mendobrak, bersikap luwes, bijaksana walaupun sulit dan ditentang banyak pihak. Kalau dia merasa apa yang dilakukannya untuk kemajuan warganya, dia akan konsisten dan berjuang hingga sukses.

(samuderabiru.co.id)
(samuderabiru.co.id)

Demikian beberapa ungkapan dalam bahasa Bajawa di kabupaten Ngada yang menurut hemat saya cocok disematkan untuk calon pemimpin yang akan maju di pemilukada di Indonesia ke depan. Yang terpenting di atas semuanya itu, siapapun pemimpinnya nanti yang diutamakan adalah yang mampu membawa warganya menikmati keadilan dan kesejahteraan, bukan terutama kesejahteraan dinasti pemimpinnya. Utamakan pemilukada yang aman dan damai serta menjadi persatuan dan kesatuan bangsa.

Selamat memilih jagoan Anda. Kesalahan Anda memilih hanya akan membuat Anda menyesal selama lima tahun ke depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun