DEKLARASI MARTABAT MANUSIA TANPA BATAS
(DECLARATION OF DIGNITATIS INFINITA)
Catatan atas Declaration of the Dicastery for the Doctrine of the Faith "Dignitas Infinita" on Human Dignity Declaration "Dignitas Infinita" on Human Dignity yang dikeluarkan di Vatikan, 2 April 2024.
Dunia sedang tidak baik-baik saja. Pun di Indonesia juga demikian. Kasus pembunuhan semakin hari semakin ramai diberitakan baik media televisi, koran maupun media sosial. Berita pembunuhan (mutilasi) seperti sebuah mainan baru di tengah masyarakat. Nyawa sesama begitu tidak berharga di tangan-tangan penjegal yang sadis dan tanpa nurani dan empati. Di kejauhan sana, Rusia dan Ukraina belum jua berhenti, Israel masih terus membombardir Gaza dan Rafah tempat orang-orang Palestina. Di benua Afrika juga sama pasukan pemerintah dan pemberontak masih terjadi di beberapa negara. Terorisme bukan saja muncul dalam bentuk kekerasan senjata, tetapi juga berupa narkoba dan perdagangan manusia. Sungguh martabat hidup manusia berada di titik nadir. Semuanya kasat mata di hadapan kita.
Sementara itu, Gereja Katolik melalui Kongregasi Ajaran Iman Vatikan, pada 2 April 2024 lalu merilis sebuah deklarasi berjudul: "Dignitas Infinita" (Martabat Manusia Tanpa Batas). Deklarasi ini berupaya untuk menjelaskan kembali makna sejati dan pentingnya memperjuangkan penghargaan akan martabat manusia.Â
Dalam deklarasi ini pula, Gereja menguraikan dan mengutuk berbagai tindak pelanggaran akan martabat manusia. Terbitnya deklarasi "Dignitas Infinita" menegaskan arah dan sikap Gereja Katolik yang senantiasa memperjuangkan penghargaan martabat manusia dan mengutuk keras praktik yang mengaburkan keluhuran martabat.
Pada bagian pengantar Deklarasi nomor 1-6 ditegaskan tentang Martabat manusia sebagai anugerah atau pemberian cuma-cuma (datum) dari Allah yang mengasihi kita tanpa batas. Martabat melampaui setiap situasi atau kondisi yang dihadapi manusia. Sebagai pemberian cuma-cuma dari Allah, maka alangkah tidak elok dan tidak layak manusia menyalahgunakannya dengan merusak orang lain yang sesungguhnya sama seperti dia.
Deklarasi "Dignitas Infinita" menyatakan bahwa martabat manusia tidak terbatas dan universal. Setiap individu memiliki nilai intrinsik yang tidak dapat dikurangi, tidak peduli siapa mereka atau apa latar belakang mereka.Â
Pesan deklarasi amat jelas bahwa semua orang harus dihormati, diakui, dan dijamin hak-hak dasarnya secara setara, tanpa diskriminasi. Ini menegaskan pentingnya mengakui dan menghormati martabat setiap individu dalam setiap konteks kehidupan, baik di tingkat individu, masyarakat, maupun global.
Deklarasi "Dignitas Infinita" menyoroti bahwa martabat manusia tidak memiliki batas, artinya nilainya tak terbatas dan tak tergantikan. Ini berarti bahwa setiap individu memiliki nilai yang sama-sama penting, tidak peduli dengan faktor-faktor seperti ras, agama, atau status sosial. Dalam praktiknya, ini berarti setiap orang berhak dihormati dan diakui sebagai individu yang berharga, dan memiliki hak-hak yang harus dijamin secara merata.
Konkretnya, sebuah masyarakat wajib memperlakukan semua warga negaranya dengan hormat dan memberikan hak-hak yang sama kepada semua orang, tanpa memandang latar belakang mereka.Â
Dalam sistem hukum yang didasarkan pada prinsip "Dignitas Infinita", setiap individu memiliki hak yang sama untuk mendapat perlakuan yang adil di hadapan hukum, tanpa memandang status sosial atau kekayaan mereka.
Gereja Senantiasa Mewartakan dan Memperjuangkan Perihal Martabat Manusia sebagai citra Allah. Sebagai citra Allah, manusia dipanggil untuk hidup dekat dengan Tuhan sekaligus hidup dalam persaudaraan dengan semua orang.Â
Lewat peristiwa inkarnasi dan sebagai imago Dei, kita dipanggil untuk memberikan pengharapan kepada mereka yang miskin dan menderita (menunjukkan wajah Allah yang berbelas-kasih).Â
Kehendak bebas (free-will) dan ratio (akal-budi) yang dianugerahkan Allah sering menjadi alasan manusia untuk berbuat dosa. Dosa telah "mengaburkan" martabat manusia, namun bukan berarti dosa membatalkan fakta bahwa kita diciptakan seturut gambar Allah. Iman berperasan penting dalam membantu manusia bernalar. Perlu diingat bahwa nalar dapat terdistorsi dan membuat manusia menjadi makhluk yang kejam. (lihat art. 17- 22)
Dignitas Infinita vs Human Rights
Perbedaan utama antara "Dignitas Infinita" dan Konsep Hak Asasi Manusia (Human Rights) adalah pendekatan yang lebih luas dan mendalam dalam mengakui nilai intrinsik dari setiap individu.Â
Sementara hak asasi manusia menyediakan kerangka kerja untuk melindungi hak-hak dasar individu, konsep "Dignitas Infinita" menegaskan bahwa martabat manusia jauh lebih dari sekadar hak-hak tersebut. Ini menyoroti penghargaan yang lebih luas terhadap nilai setiap individu, yang mencakup tidak hanya hak-hak mereka, tetapi juga perlakuan yang adil, penghargaan, dan pengakuan akan keberadaan mereka sebagai individu yang berharga.Â
Dengan demikian, "Dignitas Infinita" memberikan fondasi filosofis yang lebih kuat untuk memastikan penghargaan terhadap martabat manusia dalam semua aspek kehidupan.
Menurut hemat saya, "Dignitas Infinita" lebih unggul dalam konteks hak asasi manusia karena menawarkan pendekatan yang lebih mendalam dan komprehensif terhadap penghargaan terhadap martabat manusia. Ada beberapa keunggulan utama dari konsep "Dignitas Infinita" dibandingkan dengan hak asasi manusia:
Pertama, "Dignitas Infinita" menekankan bahwa martabat manusia tidak terbatas dan universal bagi setiap individu. Ini berarti bahwa semua orang, tanpa kecuali, memiliki nilai yang sama dan layak dihormati.Â
Kedua, konsep "Dignitas Infinita" menyoroti bahwa nilai manusia tidak hanya terkait dengan hak-haknya, tetapi juga meliputi penghargaan atas eksistensi dan martabat setiap individu sebagai manusia. Ini mencakup aspek-aspek seperti perlakuan yang adil, pengakuan, penghargaan, dan keadilan.Â
Ketiga, "Dignitas Infinita" menyediakan fondasi filosofis yang kokoh untuk penghargaan terhadap martabat manusia. Ini bukan hanya tentang memastikan hak-hak dasar individu, tetapi juga tentang memperjuangkan pengakuan lebih dalam atas nilai intrinsik setiap individu.Â
Keempat, Konsep "Dignitas Infinita" menyoroti pentingnya memperjuangkan keadilan sosial dan kesetaraan dalam masyarakat. Ini melampaui hanya memberikan hak-hak formal kepada individu, tetapi juga menekankan perlunya memastikan bahwa semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk hidup dengan martabat dan keadilan.
Kesadaran akan martabat manusia telah meningkat tetapi itu tidak menjamin tidak adanya kesalahpahaman terkait konsep ini. Masih banyak yang berpendapat bahwa martabat dikaitkan dengan kapasitas seorang individu terhadap pengetahuan dan kebebasan.
 Dampaknya, anak yang belum lahir (janin) dianggap tidak memiliki martabat seorang pribadi manusia. Setiap orang lahir dan hidup di lingkungan yang berbeda. Setiap orang juga tidak selalu dianugerahi fisik yang sempurna. Hal ini berdampak pada perbedaan penerimaan akses dan kesempatan terkait fasilitas sosial dan ekonomi. Sangat berbahaya jika sebuah masyarakat diatur berdasarkan kriteria "pasar" dan efisiensi. Mereka yang terbatas dan terpinggirkan tidak akan mendapat tempat dalam masyarakat. (bdk No. 23-32).
Kiranya, seruan Gereja Katolik melalui Kongreasi Ajaran Iman tentang Martabat Manusia Tanpa Batas ini mensugesti kita untuk tanpa henti menjadi agen yang menghormati martabat sesama, mulai dari menghormati martabat diri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H