Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ruang untuk Hidup Lebih Lama

10 Mei 2024   09:43 Diperbarui: 14 Mei 2024   00:02 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lansia. (Sumber: PEXELS/ANDREA PIACQUADIO via kompas.com)

Sudah dua pekan Kakek berusaha 85 tahun itu tekun membongkar akar rumpun bamboo di samping rumahnya. 

Setiap pagi mulai pukul 06.30 hingga 08.30 dan setiap sore pukul 16.00-17.30 ia tekun mencangkul, memotong, mengetuk, mencongkel rumpun dan dijemurnya dengan rapi, untuk kemudian dia berikan kepada seorang ibu tukang gudeg. 

Betapa ia telaten dan setia melewati hari-hari tuanya, sembari menemani istrinya yang hanya bisa menonton apa yang dilakukan sang suami dari kursi roda. Anak-anak dan cucunya hanya sekali-sekali datang jenguk kedua lansia ini.

Ilustrasi senam lansia (foto dari: hovicare.com)
Ilustrasi senam lansia (foto dari: hovicare.com)

"Aku tidak bisa duduk diam. Badanku akan terasa sakit semua jika tidak bergerak, tidak ke sawah (dengan sepeda) atau tidak membuat aktivitas seperti menggali akar-akar bamboo ini," ujarnya ketika ditanya mengapa tidak duduk manis saja menikmati masa tua, menerima pensiunan setiap bulan, atau menunggu dikunjungi dan dibawakan makanan oleh anak dan cucu. Itu sudah sekian tahun silam.

Pendengarannya boleh saja bermasalah, tetapi tidak dengan tenaganya. Setiap hari ikat pinggang besar seperti punya hansip melilit erat di perutnya. Begitulah keseharian kakek yang kini sudah berusia 94 tahun, yang berencana akan meninggal saat usia 100 tahun.

Saya punya teman sesama driver ojol. Usianya sudah lebih dari 70 tahun. Ia masih sangat rajin melayani ojol mulai pagi hingga malam menjelang pukul 21.00 bahkan lebih. 

Kala kami sedang menunggu pesanan masuk ke aplikasi yang ada di tangan, saya bertanya, "Mbah ngapain capai-capai cari uang dengan pekerjaan yang penuh risiko ini." 

Dengan santai ia menjawab, "Ini hanya untuk isi waktu saja Mas. Di rumah cuma berdua sama istri. Anak dan cucu di luar kota. Kalau diam saja di rumah ya badan cepat sakit Mas. 

Hitung-hitung ini buat rekreasi yang dibayar. Kalau dapat umpatan dari pelanggan, itu bonus melatih kesabaran. Kalau dipuji dan disenangi pelanggan, itu seperti vitamin A yang menyegarkan." 

Ilustrasi ibu tua yang masih aktif ke kebun (foto: nnachieti-secret.blogspot.com)
Ilustrasi ibu tua yang masih aktif ke kebun (foto: nnachieti-secret.blogspot.com)

Bagi lansia seperti teman saya ini, kerja hanyalah mengisi waktu. Ketimbang badan sakit, ketimbang di rumah saja, mending rekreasi sambil berbuat baik dan menolong. 

"Kadang, bocah-bocah sekarang hukum kita untuk naik tangga ke lantai 2 atau 3 untuk antar pesanan mereka. Ya, alon-alon saja. Saat mereka lihat kita tua, mereka akan malu dan meminta maaf. Ya, itu kan bukan salah mereka. Ini risiko pekerjaan sambilan yang kita pilih. Demikian kata teman senior lain.

Di lain kesempatan, saya menjumpai seorang pensiunan guru yang bingung mau melakukan apa? Pensiun seakan meruntuhkan semangatnya untuk melanjutkan hidup. 

Pensiun berarti tidak berguna, tidak dibutuhkan. Rupanya dia keasyikan bekerja dan bekerja sehingga lupa menyiapkan mental untuk pension. 

Semantara rekannya yang lain mengiri hari pensiunnya dengan menjadi guru privat yang mendampingi anak-anak yang akan ikut ujian akhir. 

Dia merasa masih dibutuhkan atau merasa pensiun bukan akhir dari segalanya. Baginya pensiun berarti saatnya menjadi tuan atas diri sendiri dan mengatur ritme hidup sembari menikmati semua hasil perjuangannya sebelum pensiun.

Ada juga komunitas penulis yang memberi perhatian lebih kepada para lansia dan pensiunan sehingga mereka lebih banyak memiliki waktu untuk mengeksplorasi diri dan pengetahuan mereka melalui tulisan. 

Selain "memanjangkan" usia, mereka juga ingin meinggalkan warisan yang abadi dalam bentuk tulisan, yang bahkan kisah atau pengalaman itu tidak pernah mereka ceritakan kepada orang-orang yang mereka cinta.

Saya punya pengalaman mendampingi dan mengedit tulisan seorang senior yang pensiun dari sebuah penerbit mayor di Yogyakarta. Dia memiliki sebuah kisah kelam di masa lalunya yang tidak pernah dia ceritkan kepada rekan-rekan kerja bahkan anak-anaknya. 

Sang istri tahu apa yang pernah dialami sang suami, tapi dia tidak tahu pergulatan batin macam apa yang membebani sang suami hampir sepanjang pernihakan mereka.

"Sekarang aku bisa mati dengan lega dan bebas Mas. Beban saya sudah terangkat dan tersalurkan dalam tulisan (yang kemudian masuk dalam antologi, "Ayat-ayat Dahsyat Yang Mengubah Hidup). Semoga anak-anak dan cucu-cucuku bisa membaca dan mengetahui beban masa lalu ayah dan kakek mereka," katanya ketika dia datang mengambil buku yang berisi tulisannya di rumahku.

Komunitas menulis, menyanyi, menari, memasak atau apa saja bisa menjadi ruang bagi lansia untuk "memperpanjang" usia mereka.  

Selain itu, salah satu alternatif yang menjanjikan sekaligus "memanusiakan" para lansia pensiunan adalah memberikan mereka kerja lain yang berbeda dengan pekerjaannya sebelumnya. 

Misalnya dengan menjadi penjaga toko kelontong atau warung makan dengan system paruh waktu. Misalnya sehari bekerja 4-5 jam. 

Karena sebenarnya kadang ada yang tidak membutuhkan uang lagi, mereka hanya butuh komunitas atau ruang untuk merasa berguna dan dibutuhkan oleh orang lain. Karena jika butuh yang tenaga yang satset dan tastes, mereka sudah tidak masuk kriteria lagi. Mereka akan kalah dengan yang muda-muda.

(sumber foto: thecolumnist.id)
(sumber foto: thecolumnist.id)

Jika ada perusahaan yang khusus mempekerjakan lansia akan sangat luar biasa. Mungkin bisa dibuat perbandingan hasil kerja antara pekerja muda dan pekerja lansia. 

Tentu saja akan ada plus minus (untung dan ruginya) memperkerjakan lansia. Nilai lebihnya, para lansia seringkali memiliki pengalaman kerja yang luas dan pengetahuan yang mendalam tentang bidang mereka. 

Mereka juga sering memiliki keterampilan interpersonal yang baik, seperti kemampuan komunikasi dan kerja sama tim. 

Selain itu, mempekerjakan lansia juga dapat membantu perusahaan memperluas perspektif mereka dan mempromosikan keragaman di tempat kerja. Sedangkan nilai minusnya. 

Beberapa perusahaan mungkin khawatir tentang kesehatan dan stamina lansia, serta kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan teknologi baru. 

Selain itu, biaya asuransi kesehatan dan tunjangan lainnya untuk lansia mungkin lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja yang lebih muda.

Lansia hanya butuh ruang atau tempat atau komunitas yang bisa memperpanjang usia mereka, yang membuat mereka merasa berguna dan dibutuhkan, tidak disia-siakan atau bahkan dibuang ke panti jompo sembari menunggu panggilan Sang Pemilik Kehidupan.

Oleh: Alfred B. Jogo Ena

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun