Bagi lansia seperti teman saya ini, kerja hanyalah mengisi waktu. Ketimbang badan sakit, ketimbang di rumah saja, mending rekreasi sambil berbuat baik dan menolong.Â
"Kadang, bocah-bocah sekarang hukum kita untuk naik tangga ke lantai 2 atau 3 untuk antar pesanan mereka. Ya, alon-alon saja. Saat mereka lihat kita tua, mereka akan malu dan meminta maaf. Ya, itu kan bukan salah mereka. Ini risiko pekerjaan sambilan yang kita pilih. Demikian kata teman senior lain.
Di lain kesempatan, saya menjumpai seorang pensiunan guru yang bingung mau melakukan apa? Pensiun seakan meruntuhkan semangatnya untuk melanjutkan hidup.Â
Pensiun berarti tidak berguna, tidak dibutuhkan. Rupanya dia keasyikan bekerja dan bekerja sehingga lupa menyiapkan mental untuk pension.Â
Semantara rekannya yang lain mengiri hari pensiunnya dengan menjadi guru privat yang mendampingi anak-anak yang akan ikut ujian akhir.Â
Dia merasa masih dibutuhkan atau merasa pensiun bukan akhir dari segalanya. Baginya pensiun berarti saatnya menjadi tuan atas diri sendiri dan mengatur ritme hidup sembari menikmati semua hasil perjuangannya sebelum pensiun.
Ada juga komunitas penulis yang memberi perhatian lebih kepada para lansia dan pensiunan sehingga mereka lebih banyak memiliki waktu untuk mengeksplorasi diri dan pengetahuan mereka melalui tulisan.Â
Selain "memanjangkan" usia, mereka juga ingin meinggalkan warisan yang abadi dalam bentuk tulisan, yang bahkan kisah atau pengalaman itu tidak pernah mereka ceritakan kepada orang-orang yang mereka cinta.
Saya punya pengalaman mendampingi dan mengedit tulisan seorang senior yang pensiun dari sebuah penerbit mayor di Yogyakarta. Dia memiliki sebuah kisah kelam di masa lalunya yang tidak pernah dia ceritkan kepada rekan-rekan kerja bahkan anak-anaknya.Â
Sang istri tahu apa yang pernah dialami sang suami, tapi dia tidak tahu pergulatan batin macam apa yang membebani sang suami hampir sepanjang pernihakan mereka.
"Sekarang aku bisa mati dengan lega dan bebas Mas. Beban saya sudah terangkat dan tersalurkan dalam tulisan (yang kemudian masuk dalam antologi, "Ayat-ayat Dahsyat Yang Mengubah Hidup). Semoga anak-anak dan cucu-cucuku bisa membaca dan mengetahui beban masa lalu ayah dan kakek mereka," katanya ketika dia datang mengambil buku yang berisi tulisannya di rumahku.