Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Joko Pinurbo, Duta Bahasa yang Wani Nggetih

28 April 2024   12:50 Diperbarui: 28 April 2024   13:04 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kedua, pemikiran dan gaya penulisan. Gaya penulisan Jokpin yang unik dan pemikirannya yang orisinal telah memengaruhi banyak penulis muda Indonesia. Ia terkenal dengan kemampuannya untuk memadukan kata-kata sehari-hari dengan humor dan ironi, sehingga menciptakan puisi yang dalam namun tetap mudah dicerna. Puisinya yang berjudul "Meditasi" di bawah menjadi cara Jokpin (menurut hemat penulis) menggambarkan betapa hasrat atau keinginan yang berlebihan, yang tidak bisa dikendalikan bisa membuat seseorang sakit dan putus asa. Meditasi menjadi media atau sarana pengendalian diri yang ditawarkan oleh Jokpin. Ia tidak meminta orang untuk bermeditasi, tetapi menggambarkan apa itu meditasi.

Meditasi

Celana tak kuat lagi menampung pantat
yang goyang terus memburu engkau.

Pantat tak tahan lagi menampung goyang
yang kencang terus menjangkau engkau.


Goyang tak sanggup lagi menampung sakit
yang kejang terus mencengkram engkau.

Telanjang tak mampu lagi melepas,
menghalau Engkau.

2000

(dikutip dari: tribunnews.com)


Ketiga, pengajaran dan workshop. Selain menulis, Pinurbo dikenal sebagai pengajar dan sering kali menjadi pembicara di berbagai workshop dan seminar sastra. Ia berbagi pengetahuan dan pengalamannya tentang sastra kepada generasi muda, dan membantu membina penulis-penulis baru. Dalam sebuah cara yang diselenggarakan oleh Kompas IGlive pada Selasa 5/5/2020 Jokpin memberikan motivasi tentang penulisan. "Intinya, jangan pernah takut gagal. Yang namanya penulis itu memang harus merasakan kegagalan. Kegagalan itu manusiawi. Proses (menulis) kreatif itu butuh kesabaran..." (Kompas.Id 5/5/2020). Nasihat ini mengandung pengajaran bahwa menulis itu sebuah proses yang berulang, tidak sekali jadi. Perlu jatuh bangun, perlu kesabaran yang berdarah-darah (wani nggetih). Menulis itu bukan sesuatu yang instan.

Keempat, media. Karya-karya Jokpin sering dimuat di berbagai media cetak dan online, baik dalam dan luar negeri. Ia menggunakan platform ini untuk memperkenalkan puisi dan sastra Indonesia kepada pembaca yang lebih luas.

(sumber: Kompas.Id)
(sumber: Kompas.Id)

Hari ini, Jokpin dimakamkan di permakaman Padukuhan Demangan, Ngemplak, Sleman, pada Minggu (28/4/2024). Beristirahatlah dalam keabadian bersama Sang Puisi di hari Puisi Nasional ini. 

Terima kasih atas segala kontribusimu pada kesastraan dan bahasa Indonesia. Semoga kami bisa meneruskan perjuanganmu dalam menulis dan mewartakan kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun