JOKO PINURBO, DUTA BAHASA YANG WANI NGGETIH
Oleh: Alfred B. Jogo Ena
Ini merupakan tulisan ketiga saya tentang Mas Jokpin di Kompasiana. Pertama puisi spontan setelah membaca berita meninggalnya Mas Jokpin beredar di WAG Penulis Katolik Yogyakarta (https://www.kompasiana.com/alfredbenediktusjogoena3063/662c569bde948f3257111922/joko-pinurbo). Beberapa waktu lalu di awal-awal beliau sakit, sedianya akan menjadi salah satu pembicara dalam kopdarnas Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias (KPKDG) di Wisma Pojok, Depok, Sleman. Sejak saat itu segala doa dan harapan dipanjatkan kepada Sang Pemilik Kehidupan untuk kesembuhannya. Bahkan penulis pribadi, mewakili teman-teman KPKDG sempat menjenguknya di ICU RSPR, dan sempat bertemu dan bercerita banyak dengan sang istri ditemani cucu pertama Mas Jokpin yang fasih melukis dan mewarnai. Tulisan kedua berupa kesaksian atas perjumpaan pertama saya dengan Mas Jokpin tahun 2016 silam di Ambarawa, juga dalam acara kopdarnas KPKDG. (https://www.kompasiana.com/alfredbenediktusjogoena3063/662d0b8f14709311a5564472/perginya-si-rindu-pulang-dan-angkringan)
Dalam acara kopdarnas itu saya ingat ungkapannya tentang Wani Nggetih. Penyair dan sastrawan kawakan abad ini, menyoroti peran penulis katolik untuk mewartakan kasih melalui karya sastra. Menulis sebuah puisi itu gampang, tinggal kita bermain kata-kata. Tetapi yang sulit itu adalah bagaimana setiap puisi itu benar-benar menunjukkan kekatolikan kita, tanpa kita nyatakan secara gamblang kita katolik. Cukup orang membaca tulisan kita, orang langsung tahu kita katolik. Itulah yang susah. Butuh keberanian yang berdarah-darah (wani nggetih, dalam Bahasa Jawa).
Bagi Jokpin kesediaan seorang penulis untuk mengolah, mencerna, memadatkan makna kata-kata puisinya butuh perjuangan yang berdarah-darah. Tidak asal comot kata, tetapi membiarkan kata-kata itu menyampaikan maknanya kepada pembaca, bila perlu segala umur mampu mencerna maknanya. Tentu meditasi dan kontemplasi diri amat penting bagi seorang penulis sehingga tulisannya benar berbobot baik diksi dan maknanya.
Duta Sastra Yang Penting
Joko Pinurbo termasuk salah satu tokoh sastra Indonesia modern yang terkenal dengan karya-karya puisinya yang penuh dengan humor dan ironi. Ia dikenal dengan gaya penulisannya yang unik. Ia amat sering menggunakan kata-kata sehari-hari dan menjadikannya puisi yang dalam dan bermakna.
Kiprah Joko Pinurbo dalam dunia sastra Indonesia tidak diragukan lagi. Ia telah memenangkan berbagai penghargaan sastra, termasuk Hadiah Sastra Lontar (2001) dan SEA Write Award (2014). Karya-karyanya telah banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan memperkaya khazanah sastra Indonesia.
Sumbangan Joko Pinurbo terhadap sastra dan bahasa Indonesia sangat signifikan. Ia terkenal piawai dalam memainkan kata-kata dan membuat puisi dari hal-hal yang tampaknya biasa dan sederhana. Melalui puisinya, ia menunjukkan bahwa bahasa Indonesia dapat digunakan untuk mengekspresikan berbagai emosi dan pemikiran dengan cara yang indah dan puitis.
Ia sering menyuarakan kritik sosial dan menyoroti berbagai masalah dalam masyarakat melalui kata-kata yang penuh humor dan ironi. Pemahaman Jokpin yang mendalam tentang esensi kemanusiaan, telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam dunia sastra.
Ada beberapa kontribusi nyata Jokpin dalam kesastraan Indonesia: Pertama, Buku. Joko Pinurbo telah menerbitkan berbagai kumpulan puisi yang telah menjadi bagian penting dari sastra Indonesia. Kurang lebih ada 20 bukunya (bandingkan detik.com.jatim) yang diterbitkan berbagai penerbit, "Celana" (Indonesia Tera, 1999), Tak Ada Asu di Antara Kita (2023). Buku-buku Jokpin tidak hanya populer di kalangan pembaca sastra, tetapi juga banyak digunakan sebagai referensi dalam pengajaran sastra di sekolah-sekolah dan universitas.