"Mengapresiasi yang sedang berlangsung" bisa berarti berpartisipasi secara aktif dan tepat dalam masyarakat dan budaya saat ini. Apapun keadaannya, kita sedang berada di masa kini. Banyak contoh yang bisa kita lihat dalam masyarakat. Kita bangga dengan kejayaan pemimpin di masa lalu, seolah tidak menerima kenyataan bahwa sekarang pemimpinnya sudah beda, tidak sesuai ekspetasi, dan lain-lain.Â
Sedangkan "Menyambut yang akan datang" bisa berarti beradaptasi dengan perubahan sosial atau budaya, dan berkontribusi terhadap perkembangan dan kemajuan masyarakat dengan mempersiapkan diri sebaik mungkin, memperluas wawasan dan jangkauan belajar. Yang utama itu kontekstual, bukan tekstual. Teks yang tidak memperhatikan konteks akan menjadi sebuah catatan yang tak bernilai karena tidak berterimakan dengan situasi dan kondisi hidup kita.
Realistis itu Bikin Happy
Kita dapat mengatakan bahwa konsep "Melupakan yang lalu", "Mengapresiasi yang sedang terjadi", dan "Menyambut yang akan datang" secara fundamental erat berkaitan dengan kesadaran dan hidup realistis. Kesadaran inilah yang akan menyehatkan kita secara fisik dan mental.
Memiliki kesadaran untuk melupakan masa lalu, atau paling tidak melepaskan beban dari masa lalu, memberikan kemampuan untuk fokus pada hari ini dan mengapresiasi kehidupan sekarang. Mengapresiasi keadaan saat ini memberikan kesempatan untuk menemukan kebahagiaan dan rasa syukur dalam hidup, yang dapat membantu menjaga keseimbangan mental dan emosional kita.
Sementara itu, menyambut masa depan dengan harapan dan optimisme memungkinkan kita untuk memiliki tujuan hidup dan merencanakan hal-hal yang mungkin terjadi di masa depan, di samping mengantisipasi kemungkinan perubahan. Ini juga memungkinkan kita untuk mempersiapkan diri secara mental dan fisik untuk menghadapi tantangan yang mungkin terjadi di masa depan, sehingga dapat mengurangi stres dan kecemasan.
Singkatnya, dengan mempraktikkan tiga konsep tersebut dapat membantu kita untuk hidup realistis, yang pada gilirannya dapat membantu mencegah stres, kecemasan, dan masalah kesehatan lainnya yang terkait dengan keseimbangan mental dan emosional kita. Hidup realistis itu keniscayaan, bukan utopis.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H