Ketiga, pengaruh bahasa daerah atau bahasa ibu. Di Indonesia, banyak penutur yang menggunakan bahasa daerah atau bahasa ibu mereka dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bisa mempengaruhi penggunaan dan pemahaman mereka tentang Bahasa Indonesia.
Dan keempat, preferensi atau kebiasaan. Beberapa penutur mungkin lebih memilih menggunakan kosakata atau struktur bahasa yang lebih sederhana dan lebih familiar untuk mereka, daripada menggunakan kosakata atau struktur bahasa yang lebih kompleks atau formal.Â
Pernyataan bahwa Bahasa Indonesia miskin kosakata lebih berkaitan dengan bagaimana penutur menggunakan bahasa tersebut, bukan tentang ketersediaan kosakata itu sendiri.Â
Penulis sering menghadapi yang demikian. Selama hampir 26 tahun saya bekerja sebagai seorang editor, saya paling banyak menemukan hal ini.Â
Banyak penulis sulit membedakan bahasa tutur lisan dengan bahasa tulisan. Pilihan kata atau diksi amat terbatas. Atau jika Anda seorang guru dan dosen, perhatikan bagaimana para siswa kita menjawab pertanyaan esai, atau pilihan kata ketika menuliskan laporan kelas. Jika Anda tidak prihatin, berarti Anda sendiri yang tidak peduli dengan Bahasa Indonesia.
Cara Mengatasi dan Beberapa Usulan
Untuk mengatasi kekhawatiran kita tentang minimnya kosakata dapat dilakukan bberapa langkah berikut agar orang semakin mencintai bahasa Indonesia:Â
Pertama, meningkatkan kesadaran pentingnya menjaga dan mengembangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.Â
Kedua, memperkenalkan kembali kekayaan bahasa Indonesia dan cara penggunaannya dengan mengadakan acara dan kampanye. Misalnya dengan:Â
1) mengadakan konkurs-konkurs menulis puisi atau cerita pendek dalam bahasa Indonesia.Â