Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Arus Balik: Ke Dalam dan Ke Luar Diri

15 April 2024   20:17 Diperbarui: 18 April 2024   12:02 1227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tentang  Learning to draw beautifully on your own (foto dari ChatGPT, Gem Space) 

Oleh: Alfred B. Jogo Ena

Liburan sedang dan sudah usai. Ada yang sedang dalam perjalanan balik dari tempat liburan, dari desa (usai mudik) menuju ke tempat kerja atau kembali ke rumah yang sudah ditinggalkan beberapa hari, siap kembali ke rutinitas kerja, sekolah atau kehidupan harian sebagai keluarga.

Bagi kita tentu bukan hal baru. Setiap tahun orang melakukan dua hal ini: (arus) mudik dan (arus) balik, kembali ke kampung halaman menjumpai sanak keluarga, ayah dan ibu, atau sekadar ziarah ke makam orang-orang tercinta. Setelah beberapa hari di sana, orang akan kembali atau pulang ke rumahnya di tempat lain entah itu di kota atau pun desa. 

Baik mudik dan balik aktivitasnya sama: masuk ke dalam rumah, rumah masa kecil bersama orang tua atau rumahnya sendiri sebagai sebuah keluarga baru. Ini suatu proses yang tampak biasa-biasa saja saban tahun, tetapi direfleksikan akan menjadi sesuatu yang indah dan menarik.

Kembali Secara Spiritual

Arus balik bukan hanya berarti kembali ke rumah dalam arti fisik, tetapi juga kembali ke rumah dalam arti spiritual, yaitu kembali ke dalam diri sendiri dan menemukan kedamaian dan ketenangan. Arus balik sebagai proses spiritual bisa diartikan sebagai proses kembali ke esensi diri kita, atau kembali ke sumber dari segala sesuatu, yaitu roh atau jiwa.

Dalam perjalanan hidup kita, sering kali kita terjebak dalam hiruk pikuk dunia fisik dan materi, seperti karier, uang, status sosial, dan sebagainya.

Namun, ada kalanya kita merasa ada sesuatu yang hilang, ada rasa hampa atau ketidakpuasan yang tidak bisa diisi oleh apa pun dari dunia fisik.

Proses ini menjadi proses lanjutan dari perayaan keagamaan yang sudah dilalui bersama, teristimewa hari raya Lebaran (atau juga Natal). Usai perayaan keagamaan, kita mengendapkan kembali semuanya dalam diri. Di sinilah mengapa proses arus balik menjadi penting.

Proses ini mengajak kita untuk kembali ke dalam diri kita, untuk merenung dan mengenal diri kita lebih dalam lagi. Dalam dan bersama proses itulah kita bisa menemukan kembali apa yang sebenarnya penting dan berharga dalam hidup kita, yang sering kali terlupakan atau diabaikan.

Arus balik sebagai proses spiritual bisa juga berarti kembali ke agama atau keyakinan spiritual kita. Banyak orang yang merasa kehilangan atau bingung dalam hidup, dan dengan kembali ke agama atau keyakinan spiritual itu, mereka bisa terbantu untuk menemukan arah dan tujuan hidup mereka lagi. 

Itulah proses pengendapan, internalisasi atas nilai-nilai sudah kita rayakan bersama dalam lebaran atau natal yang gempita bersama orang-orang tercinta, bukan pertama-tama secara fisikal tetapi secara rohaniah, kita sungguh bersatu dengan mereka dalam ketulusan untuk berbagi dan menerima maaf satu sama lain. Betapa indahnya proses ini jika kita lalui dengan segenap hati.

Proses Penyembuhan

Selain itu, arus balik juga bisa berarti proses penyembuhan dan pemulihan. Banyak trauma dan luka batin yang bisa disembuhkan melalui proses spiritual ini.

Dengan kembali ke dalam diri kita dan menghadapi rasa sakit dan trauma kita, kita bisa mulai proses penyembuhan dan bergerak menuju pemulihan.

Secara pribadi penulis mengalami itu. Selama hampir dua bulan ini saya hanya di rumah saja pasca operasi pasang pen setelah terjadi patah tulang telapak akibat kecelakaan tunggal di depan rumah. 

Rasa frustrasi memenuhi ruang batin. Bayang-bayang ketakutan dan trauma begitu mendera, karena hampir setiap Minggu saya tidak bisa pergi merayakan ekaristi di gereja. 

Puncak penderitaan itu ketika pekan suci selama paskah, saya harus dengan tertatih-tatih memaksa diri untuk berangkat merayakan natal, tidak di gereja paroki tetapi di biara yang hanya diikuti sedikit orang. Memang tidak mudah, tetapi mengakrabi keadaan itu lebih realistis dan mendamaikan. Dan itulah penyembuhan!

Tetapi dengan melewati semua proses ini, saya harus memulai arus balik ke dalam diri saya. Saya menikmati situasi yang saya alami bersama cinta dan pendampingan istri dan anak-anak juga kunjungan banyak sahabat. Proses internalisasi inilah yang juga saya sebut sebagai arus balik ke dalam diri.

Arus balik menjadi proses spiritual untuk kembali ke sumber dari segala sesuatu, yaitu roh atau jiwa. Proses ini bisa membantu saya dan Anda menemukan kembali makna dan tujuan hidup kita, serta membantu kita menyembuhkan dan memulihkan diri kita. Arus balik juga bisa berarti proses introspeksi diri, saatnya kita merenung dan mempertanyakan kembali tujuan dan arah hidup kita. 

Apakah kita sudah berada di jalur yang tepat? Apakah kita sudah menjalani hidup sesuai dengan nilai dan prinsip yang kita anut? Apakah kita sudah memberikan kontribusi positif bagi orang lain dan lingkungan sekitar kita, juga pada diri sendiri?

Kembali Normal lagi

Setelah melewati proses internalisasi dan pengendapan, kita juga melihat bahwa arus balik juga bisa berarti kembali ke rutinitas dan kebiasaan hidup yang biasa setelah menjalani periode perubahan atau perjalanan yang signifikan (dari kota kembali ke desa dan dari desa kembali ke kota dengan menempuh ratusan kilometer jaraknya.

Ilustrasi rekayasa arus mudik (foto dari detik.com)
Ilustrasi rekayasa arus mudik (foto dari detik.com)

Setelah berlibur atau bepergian, kita kembali ke rumah dan kembali ke rutinitas kerja atau sekolah. Atau setelah menjalani pengalaman yang mengubah hidup, seperti kehilangan pekerjaan atau kehilangan orang yang kita cintai, kita harus kembali ke kehidupan sehari-hari dan menemukan cara untuk beradaptasi dan melanjutkan hidup.

Dalam konteks ini, arus balik bisa menjadi proses yang menantang dan sulit, tetapi juga bisa menjadi proses yang membawa pertumbuhan dan transformasi.

Dengan kembali ke dalam diri kita dan merenungkan pengalaman dan pelajaran yang telah kita pelajari, kita bisa menjadi pribadi yang lebih kuat, lebih bijaksana, lebih bermakna serta lebih realistis.

Pesta sudah usai, saatnya kita kembali bekerja. Atau, fajar baru sudah menyingsing, bangunlah, bereskan tilammu (tempat tidurmu) dan bergegaslah untuk kembali ke rutinitas, bekerja atau mencari sesuap nasi agar hidup lebih baik lagi.

Yang masih dalam perjalanan balik dari kampung ke kota, semoga tiba dengan selamat di rumah masing-masing. Bawahan atau atasan, guru atau murid menanti Anda esok.

Salam menjelang pergantian hari dari Kaki Merapi, 15 April 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun