Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Arus Balik: Ke Dalam dan Ke Luar Diri

15 April 2024   20:17 Diperbarui: 18 April 2024   12:02 1229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Alfred B. Jogo Ena

Liburan sedang dan sudah usai. Ada yang sedang dalam perjalanan balik dari tempat liburan, dari desa (usai mudik) menuju ke tempat kerja atau kembali ke rumah yang sudah ditinggalkan beberapa hari, siap kembali ke rutinitas kerja, sekolah atau kehidupan harian sebagai keluarga.

Bagi kita tentu bukan hal baru. Setiap tahun orang melakukan dua hal ini: (arus) mudik dan (arus) balik, kembali ke kampung halaman menjumpai sanak keluarga, ayah dan ibu, atau sekadar ziarah ke makam orang-orang tercinta. Setelah beberapa hari di sana, orang akan kembali atau pulang ke rumahnya di tempat lain entah itu di kota atau pun desa. 

Baik mudik dan balik aktivitasnya sama: masuk ke dalam rumah, rumah masa kecil bersama orang tua atau rumahnya sendiri sebagai sebuah keluarga baru. Ini suatu proses yang tampak biasa-biasa saja saban tahun, tetapi direfleksikan akan menjadi sesuatu yang indah dan menarik.

Kembali Secara Spiritual

Arus balik bukan hanya berarti kembali ke rumah dalam arti fisik, tetapi juga kembali ke rumah dalam arti spiritual, yaitu kembali ke dalam diri sendiri dan menemukan kedamaian dan ketenangan. Arus balik sebagai proses spiritual bisa diartikan sebagai proses kembali ke esensi diri kita, atau kembali ke sumber dari segala sesuatu, yaitu roh atau jiwa.

Dalam perjalanan hidup kita, sering kali kita terjebak dalam hiruk pikuk dunia fisik dan materi, seperti karier, uang, status sosial, dan sebagainya.

Namun, ada kalanya kita merasa ada sesuatu yang hilang, ada rasa hampa atau ketidakpuasan yang tidak bisa diisi oleh apa pun dari dunia fisik.

Proses ini menjadi proses lanjutan dari perayaan keagamaan yang sudah dilalui bersama, teristimewa hari raya Lebaran (atau juga Natal). Usai perayaan keagamaan, kita mengendapkan kembali semuanya dalam diri. Di sinilah mengapa proses arus balik menjadi penting.

Proses ini mengajak kita untuk kembali ke dalam diri kita, untuk merenung dan mengenal diri kita lebih dalam lagi. Dalam dan bersama proses itulah kita bisa menemukan kembali apa yang sebenarnya penting dan berharga dalam hidup kita, yang sering kali terlupakan atau diabaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun