Mohon tunggu...
Alfonsus Tegar S
Alfonsus Tegar S Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

Penikmat buku dan film. Setiap buku dan film yang saya nikmati selalu membuka perspektif baru dan memberi saya banyak hal untuk direnungkan serta dibagikan.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Resensi Humankind: Buku yang Akan Mengubah Pandangan Anda Tentang Manusia

27 Januari 2025   23:35 Diperbarui: 27 Januari 2025   23:35 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika dunia sering terasa penuh dengan konflik, kebencian, dan ketidakadilan, kita mungkin tergoda untuk percaya bahwa sifat dasar manusia itu buruk dan cenderung egois. Namun, bagaimana jika pandangan itu salah? Humankind karya Rutger Bregman hadir sebagai pengingat bahwa optimisme dan kebaikan adalah fondasi yang lebih sejati dari kemanusiaan.

Buku ini bukanlah panduan self-improvement pada umumnya yang mengajak kita menjadi pribadi yang lebih baik. Sebaliknya, ini adalah eksplorasi mendalam yang memadukan sejarah, psikologi, antropologi, dan sosiologi untuk membongkar mitos tentang sifat dasar manusia. Dengan riset yang cermat dan kisah nyata yang menggugah, Bregman mengungkapkan bahwa kebaikan manusia jauh lebih besar daripada yang selama ini kita bayangkan.

Salah satu kisah yang paling menarik adalah kisah nyata anak-anak Tonga, yang terdampar di pulau terpencil selama lebih dari setahun. Tidak seperti cerita kelam dalam Lord of the Flies, anak-anak ini justru membangun komunitas yang penuh kerja sama dan solidaritas. Dengan data sejarah dan wawancara langsung, Bregman membuktikan bahwa kebaikan sering menjadi pilihan manusia, bahkan di tengah situasi yang sangat sulit.

Di sisi lain, ia juga membongkar mitos terkenal seperti eksperimen Milgram dan Stanford Prison, serta tragedi Catherine Genovese. Bregman menunjukkan bahwa kedua peristiwa ini ---yang sering dijadikan bukti keburukan manusia--- sebenarnya telah disalahpahami atau dimanipulasi. Dengan gaya penulisan yang mengalir, ia menyajikan argumen berbasis bukti bahwa manusia, pada dasarnya, cenderung baik.

Identitas Buku

Judul: Humankind: Sejarah Penuh Harapan

Penulis: Rutger Bregman

Genre: Non-fiksi, Sejarah, Sosiologi, Psikologi

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (terjemahan)

Tahun Terbit: 2020

Jumlah Halaman: 512

Refleksi Pribadi: Membuka Mata terhadap Kebaikan Manusia

Ketika baru memulai membaca Humankind, saya merasa skeptis. 'Jika benar manusia itu baik, mengapa begitu banyak tragedi yang mencerminkan sebaliknya?' Saya jadi teringat Perang Dunia, Holocaust, konflik Israel-Palestina yang terus berkepanjangan, hingga tragedi di Indonesia sendiri seperti G30S. Namun, semakin saya menyelami halaman demi halaman, saya mulai menyadari: apakah saya telah mengabaikan kisah-kisah kebaikan yang tersembunyi di balik kekacauan? Buku ini mengajak saya untuk membuka mata dan hati terhadap sisi manusia yang jarang dibicarakan---sisi yang penuh harapan dan empati.

Bregman dengan cerdas menunjukkan bahwa meskipun sisi gelap manusia tak bisa disangkal, kebaikan lebih dominan daripada yang sering kita dengar dan menjadi sifat dasar alami manusia itu sendiri. Ia menyoroti bagaimana media dan narasi sejarah cenderung memperbesar keburukan, sementara kebaikan manusia sering terabaikan. Sebuah contoh yang menggugah adalah kisah truce atau gencatan senjata informal antara tentara Jerman dan Sekutu saat Perang Dunia I. Para prajurit dari kedua belah pihak saling bertukar hadiah, bermain bola, dan berbagi cerita. Namun, kisah seperti ini jarang menjadi narasi utama sejarah.

Kisah ini mengingatkan saya pada tindakan pengampunan luar biasa yang dilakukan Paus Yohanes Paulus II kepada pria yang mencoba membunuhnya, Mehmet Ali Agca. Meski kisah ini tidak ada dalam buku, pemikiran Bregman seolah menegaskan bahwa kebaikan, pengampunan, dan dialog adalah jalan untuk menyembuhkan luka kemanusiaan.

Kelebihan Buku

1. Pendekatan Sejarah dan Berbagai Disiplin Ilmu yang Mendalam

Bregman memadukan data sejarah dengan analisis psikologi, sosiologi, dan antropologi, membuat argumennya terasa kredibel. Kisah seperti anak-anak Tonga atau reinterpretasi eksperimen Milgram membuktikan bahwa kebaikan manusia sering kali terabaikan.

2. Narasi yang Mengalir dan Inspiratif

Gaya penulisan Bregman mudah dipahami, bahkan saat membahas topik kompleks. Kisah-kisah nyata yang ia angkat menginspirasi sekaligus memunculkan harapan.

3. Optimisme yang Mengubah Perspektif

Bregman menawarkan perspektif baru yang segar tentang sifat manusia, mengajak pembaca untuk lebih percaya pada kebaikan sebagai kekuatan dasar manusia.

Kekurangan Buku

1. Optimisme yang Terkesan Terlalu Idealistis

Optimisme Bregman terkadang terlihat terlalu idealistis, terutama ketika ia membahas solusi tanpa menyentuh kompleksitas ketimpangan struktural yang lebih besar. Namun, ini tidak mengurangi nilai buku sebagai panduan untuk memulai perubahan kecil dalam lingkup pribadi maupun komunitas.

2. Pengulangan Ide di Beberapa Bab

Beberapa argumen kunci terasa diulang-ulang, yang dapat membuat pembaca jenuh pada beberapa bagian, meskipun kisah-kisah yang disajikan tetap menarik.

Kesimpulan: Kebaikan sebagai Dasar Peradaban

Humankind: Sejarah Penuh Harapan (A Hopeful History) adalah buku yang menantang narasi pesimis tentang manusia. Melalui kisah nyata dan riset mendalam, Rutger Bregman membuktikan bahwa di balik tragedi dan konflik, manusia cenderung memilih solidaritas, belas kasih, dan kerja sama.

Buku ini mengajak kita untuk tidak hanya memahami ulang sejarah, tetapi juga membangun masa depan yang lebih baik dengan percaya pada kebaikan manusia. Dalam dunia yang sering dihiasi berita buruk, pesan Bregman adalah pengingat bahwa kebaikan adalah kekuatan terbesar untuk menciptakan perubahan. Jika Anda mencari buku yang tidak hanya membuka wawasan, tetapi juga memberi harapan, maka Humankind adalah pilihan yang tepat. Dalam dunia yang sering dihiasi berita buruk, Bregman mengingatkan kita bahwa kebaikan manusia adalah kekuatan terbesar untuk menciptakan perubahan.

Humankind bukan hanya sebuah buku, tetapi juga sebuah ajakan untuk melihat dunia dan sesama dengan sudut pandang yang berbeda. Buku ini adalah pengingat bahwa masa depan yang lebih cerah dimulai dari kepercayaan kita terhadap kebaikan yang ada dalam diri sendiri dan orang lain. Setelah membaca buku ini, saya tidak hanya mendapat wawasan baru, tetapi juga optimisme untuk melihat dunia secara lebih penuh harapan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun