Mohon tunggu...
Alfonsus G. Liwun
Alfonsus G. Liwun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Dum spiro spero... email: alfonsliwun@yahoo.co.id dan alfonsliwun16@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pancasila "Puncak Gunung" Kepribadian Indonesia

3 Juni 2022   16:06 Diperbarui: 3 Juni 2022   16:17 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

lewat persatuan dan persaudaraan, lewat duduk bersama untuk musyarakat-mufakat yang demokratis, dan lewat bergotong royong membangun keadilan sosial seluruh warga Indonesia, tanpa terkecuali. Sisi inilah yang sering kita sebut perwujudan nyata secara horisontal dalam dunia Indonesia.

Makna sila Pancasila dalam hidup 

Memaknai sila Pancasila, memang tidak mudah. Tidak mudah karena konsep teoritis dengan realitas hidup, yang diimplementasikan dalam kenyataan hidup yang berbeda. Sudah berbeda dalam praktek hidup, masih juga merasa diri jauh lebih berkualitas ketimbang orang lain. Ini pemaknaan benar tetapi dalam realitas terjadi penyimpangan. Karena subyektivitas yang sombong dan merasa diri hebat ketimbang pihak lain.

Disinilah, tidak semua memahami keragamaan yang orisinal. Keberagamaan selalu dipahami dalam konteks tertentu seperti agama, politik, ekonomi, dan budaya. Keberagaman perlu ditempatkan dalam kerangka bathin dan kepala dari kerangka bathin itu harusnya Pancasila. Sementara bathin seseorang harus disiapkan untuk membiarkan Pancasila merongrong dirinya, supaya tidak lupa akan nilai-nilai budayanya sendiri.

Karena Ir. Soekarno pernah mengatakan "marilah kita semuanya ber-Tuhan, hendaklah negara Indonesia adalah negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa, segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan secara kebudayaan, yakni tiada egoisme agama...", ungkap Prof. Dr. Mgr. Adrianus Sunarko, ofm dalam Hahal Bi Halal bersama Umat Katolik dan Muslim Kota Batam (1/6/2022).Bisa Baca Disini!

Dalam konteks keberagaman, yang menempatkan Pancasila sebagai jiwa bathin warga, cara pandang ilmu pengetahuan dan akal budi yang menerapkannya, sungguh mempengaruhi cara berpikir dan cara memaknai sila demi sila tentu saja begitu dinamis.

Dalam konteks kedinamisan berpikir dan memaknai, ruang dialog harusnya dibuka lebih lebar dan banyak. Sering jumpa dan sharing, bertukar pikiran dengan jujur dan saling mengenal satu sama lain, cara pendukung untuk menangkal pemaknaan Pancasila secara radikalis. Dinamis-demokratis, saling menerima buah-buah pemikiran dan menentukan mana yang terbaik, cara lain yang menjadi vitamin dalam dialog-dialogis.

Tidak hanya itu, pengaruh ilmu pengetahuan yang menandai pola pikir setiap warga Indonesia, perlu juga difilter dan dipilah, serta diteguhkan dengan pertanyaan, apakah bermanfaat untuk saya dan teman sekitarnya, jika nilai-nilai itu tak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Persepsi yang dialogis-pragmatis, harus diganti dengan akal sehat-waras yang dijunjang oleh nilai-nilai kepribadian bangsa Indonesia.

 

"Bangkit Bersama Membangun Peradaban Dunia"

Ini sebuah tema yang menarik dan substantif ketika Pancasila ditempatkan dalam kerangka ini. Menarik karena peta jalan founder fathers pernah memaparkan Pancasila dalam rapat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), seperti dikutip kompas.com dari buku Yudi Latif Mengapa Pancasila Begitu Penting?Disini!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun