Ia berziarah, mencari dan menemukan keberadaannya bersama orang-orang lain dan yang lain. Dalam perjalanan ini, dihadapan Sang Khalik, ia mempersembahkan yang terbaik bagi Sang Pencipta. Ia mempersembahkan segala usaha, berjuangannya, dan semua anggota keluarga serta orang-orang yang dijumpainya dalam keheningannya kepada Allah Akbar. Syukur, pujian, dan permohonan hanya kepada Allah Akbar. Dan berharap bahwa Allah Akbar akan meridhoi perjuangan hidup dan keluarganya. Sehat dan bahagia bagi keluarga serta perjuangan kelanjutan hidup di masa yang akan datang.
Karena itu, tidak heran pada saat sebelum lebaran tiba, banyak orang melakukan perjalanan pulang. Mereka mau mudik. Esensi mudik berjumpa dengan anggota keluarga, dan kampung halaman namun sekaligus berjumpa dengan Sang Khalik dalam keheningan yang fitri. Memohon ridho, dan merayakan kegembiraan dalam satu keluarga yang telah lama ditinggalkan.
Untuk itu, mudik tidak hanya dimaknai sebagai perjumpaan dengan keluarga dan kampung halaman. Mudik merupakan suatu proses peziarahan sebagai homo viator yaitu menggali nilai-nilai kemanusiaan dalam relasi erat dengan Sang Pencipta melalui perayaan lebaran bersama anggota keluarga. ***
Pangkalpinang, 29 April 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H