Pertarungan dalam Mudik, sebuah Refleksi
Â
Bagi orang yang merantau jauh dari kampung halaman dan keluarga, saat-saat lebaran keinginan untuk kembali berjumpa dengan sanak saudara dan kembali ke kampung halaman, adalah pertarungan fisik dan mental.
Pertarungan fisik, ketika berada di perantauan, ia berjuang dengan sungguh-sungguh supaya lebaran tiba akan kembali berjumpa dengan sanak saudara dan kampung halaman. Berjuang untuk mendapatkan penghasilan, berjuang untuk membiayai hidup dari penghasilan itu serta berjuang untuk menabung dan bisa mudik, ini pun termasuk suatu pertarungan yang cukup melelahkan. Rindu dan kangen untuk bertemu dengan keluarga besar di kampung halaman adalah bagian dari proses bathin juga fisik untuk mendukungnya.
Bahkan berusaha untuk mendapatkan penghasilan dan menabung, bisa-bisa para perantau harus gonta ganti pekerjaan. Di tempat kerja dengan penghasilan yang cukup untuk makan saja, pinginnya untuk mencari pekerjaan yang berpenghasilan lebih, biar bisa menabung dengan tujuan, bisa mudik.
Terkadang, karena pingin mudik, para perantau harus berjuang untuk hidup hemat dan biaya hidup kala kadarnya, supaya bisa mudik. Perjuangan semacam ini, memang dituntut untuk pertarungan fisik dan bathin. Bahkan sampai-sampai, makan pun pun tak terasa jamnya lagi. Tidur pun sekedarnya saja. Hanya ingin berjuang untuk bekerja dan kerja, agar kerinduan untuk berjumpa dengan keluarga.
Belajar dari rentetan perjuangan hidup ini, dalamnya terdapat banyak lekak lekuk dan berbatu kerikil. Banyak keringat dingin dan panas pun tak terbilang rasanya. Hanya karena mau lebaran dan dapat berkumpul dengan keluarga, agar di hari yang fitri, bersama-sama mendapat fitra yang jernih nan murni dari Allah. Keluarga bahagia dan senang, serta kegembiraan dalam merayakan Hari Lebaran.
Homo Viator, Manusia Peziarah
Perjalanan seseorang dalam hidup baik melalui hidup bersama dengan keluarga atau orang lain di perantauan, berjuang untuk hidup lebih layak serta kembali kepada Allah Akbar, merupakan rentetan perjalanan sebagai makhluk yang menyejarah dan mengada. Itulah manusia peziarah, homo viator.