Mohon tunggu...
Alfonsus G. Liwun
Alfonsus G. Liwun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Dum spiro spero... email: alfonsliwun@yahoo.co.id dan alfonsliwun16@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Haruskah Indonesia Diam dalam Konflik Rusia vs Ukraina?

8 Maret 2022   21:32 Diperbarui: 8 Maret 2022   21:39 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konflik Rusia versus Ukraina adalah konflik yang terkenal di dunia internasional. Konflik kepentingan egopolitik antar para pemimpin. Konflik ini seakan tidak menemukan jalan keluar. Membiarkan konflik ini berjalan, sama dengan melalaikan rasa kemanusiaan. 

Apakah begitu susah untuk menemukan jalan keluar, hingga harus membawa korban manusia dan aset-aset negara,serta kerugiaan kedua negara dengan angka ratusan juga dolar AS? 

Sangat tragis sekali, jika dipandang dengan hati nurani nan bening. Semestinya egopolitik dan kepentingan negara sendiri, harus dikesampingkan. Utamakan rasa kemanusiaan!

Konflik Rusia versus Ukraina, jelas akan membawa dampak yang besar. Dampak kemanusiaan yang berkepanjangan, apalagi dicatat dalam sejarah kemanusiaan dunia, misalnya. Ini penyakit historis. Seakan manusia tak pernah belajar dari sebuah rentangan sejarah masa lalu.

Sun Tzu, yang dikutip www.kompas.com yang dikenal sebagai orang yang memiliki strategis perang terbaik sepanjang sejarah, memiliki kata-kata bijak tentang perang demikian. 

"Kenali dirimu, kenali musuhmu. Seribu pertempuran, seribu kemenangan." Kata-kata ini masuk dalam kategori kata-kata bijak, karena ketika mengenal kekuatan musuh tidak sebanding, maka jalan keluar berdamai adalah terbaik. Juga ketika mengenal diri sendiri bahwa kemampuan diri sanggup atau tidak, hati nurani harus menampilkan pertimbangan moral etis. Untuk melanjutkan berperang atau tidak. Dalam pertimbangan moral etis, kemanusiaan diutamakan, bukan egoisme kekuatan atau kesombongan atas kekuatan militer dan tekonoligi.

 Kata-kata bijak Sun Tzu jika dibaca dalam konteks Rusia versus Ukraina, bahwa yang dikenang bukan bagaimana siasat pertempuran dengan teknologi canggih senjata, melainkan keganasan prajurit dan penyalahgunaan teknologi untuk perang dalam pembantaian kemanusiaan dan nilai-nilai peradaban manusia. Keganasan prajurit terhadap kemanusiaan menyisihkan traumatis, kebencian, dan dendam kesumat sepanjang masa.

Padahal, rasa pertalian kesamaan etnis masih tersambungkan antara orang Rusia dan Ukraina. Disamping itu, teknologi yang dibiayai dengan keuangan negara, diperuntukan kemakmuran warga, amblas karena dipakai untuk membayar egopolitik atas ruang kelam hati nurani. Pelukisan sejarah, tercatat sebagai sejarah kelam, bukan peradaban nilai-nilai kemanusiaan atas perang itu sendiri.

Konflik Rusia versus Ukraina, kenapa Diam Indonesia?

Beberapa konflik pada dekade terakhir, Indonesia selalu menyuarakan politik luar negeri bebas aktif yang dimilikinya. Menteri luar negeri Indonesia selalu berusaha bekerjasama dengan kelompok-kelompok negara seperti PBB atau pun G-20, dll untuk mencari jalan tengah terbaik untuk perdamaian antar negara yang berkonflik.

Lalu, konflik Rusia versus Ukraina, kenapa masih diam Indonesia? Indonesia takut dengan Rusia karena pro kepada Ukraina, atau sebaliknya? Ataukah karena kepentingan Indonesia di Ukraina sangat terbatas atau sebaliknya?

Kepentingan politik atau ekonomi, coba digeser sebentar. Indonesia harus membangun jembatan kemanusiaan, sebagai bentuk membela kemanusiaan. Jembatan kemanusiaan, jalan yang tepat untuk mengaktualisasikan politik luar negeri bebas aktif Indonesia, di kanca internasional. 

Belajar dari sejarah Indonesia, ketika Soekarno berinisiatip membentuk poros dunia yang dikenal "non blok". Kepentingan kemanusiaan, jauh lebih diutamakan dan sangat urgen, karena kemanusiaan yang adil dan beradab merupakan juga nilai universal.

Pemerintahan Ukraina melalui kedutaannya di Indonesia meminta suara Indonesia (Selasa (01/03), seperti dikutip dari www.bbc.com/indonesia. "Rakyat Indonesia, keadaan saat ini sungguh berat dan menyakitkan bagi kami. Oleh karena itu, kami menunggu dukungan Anda. Kami berharap dapat mendengar suara Anda yang lantang dan berani dalam membela kami," 

Permintaan Pemerintah Ukraina ini merupakan sebuah permintaan yang baik. Permintaan untuk memberikan dukungan, sekaligus mencari jalan tengah menuju perdamaian. 

Permintaan Ukraina, memang sebuah permintaan investasi masa depan. Nilainya, sangat besar. Dan jika toh permintaan Ukraina tak terusik Indonesia, Ukraina pun akan memikirkan panjang untuk jangka waktu tertentu.

Indonesia perlu bersuara. Perlu menyatakan diri secara pasti akan permintaan "sahabat" dalam penderitaan.  Dalam konteks ini perlu dibaca secara pendalam permintaan pemerintah Ukraina. "Meminta bantuan" untuk menolong adalah jeritan kemanusiaan. Ini yang perlu dipikirkan dan dipertimbangkan.

Indonesia diam karena konflik internal, itu hal wajar. Wajar karena konflik itu dibuat sendiri. Namun terhadap konflik internasional, Indonesia sebagai negara berdaulat, sebagai salah satu anggota komunitas dunia ini, mau tidak mau, perlu menampilkan diri sebagai negara yang peduli dan solider terhadap penderitaan sesama manusia di dunia internasional. ***

Pangkalpinang, 8 Maret 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun