Mohon tunggu...
Alfonsus G. Liwun
Alfonsus G. Liwun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Dum spiro spero... email: alfonsliwun@yahoo.co.id dan alfonsliwun16@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jurnal Akhir Tahun 2021, antara Petaka dan Harapan Manusia Indonesia 2022

23 Desember 2021   20:49 Diperbarui: 23 Desember 2021   20:53 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Taman Rekreasi Umum "Bukit de Lova" Pangkalpinang, 16/09/2021 (dokpri)

Sebuah refleksi tentang "Bangunlah Jiwanya dan Bangunlah Badannya, Itulah ... Indonesia Raya", dalam rangka menanti tahun baru 2022.

Indonesia, tidak hanya sendirian dalam jagad raya ini. Tetapi selalu dan bersama-sama dengan warga dan negara serta bangsa lain. Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, ternyata tak semudah kita lancer mendaraskan syair Indonesia Raya, lagu kebesaran kemerdekaan kita.

Indonesia, dalam tautan dengan bangsa dan negara lain, sebelum tutup tahun 2021, disuguhkan berbagai peristiwa. Peristiwa-peristiwa di arena publik, mempertontonkan berbagai petaka dan harapan kita. Ada petaka yang disebabkan oleh alam.

Letusan Gunung Semeru di Lumajang Jawa Timur (4/12/2021), gempa bumi yang baru-baru ini (14/12/2021) terjadi wilayah Indonesia bagian timur Indonesia, Propinsi NTT dan sekitarnya, gempa di Sorong (CNN 22/12/2021), muncul varian baru Covid-19, Umicron di Afrika, banjir dan longsor di pesisir selatan Lombok (CNN, 18/12/2021) dan masih banyak lagi bencana alam baik berskala internasional, nasional maupun lokal yang tak tereksposkan.

Begitu juga ada petaka yang sengaja dibuat oleh segelintir orang, baik pribadi maupun kelompok tertentu. Misalnya, peristiwa pembunuhan Tuti dan Amalia Mustika Ratu di Subang (18/8/2021) yang belum terungkap hingga saat ini. Juga seperti diberikan detik.com (18/12/2021), MMS (52) yang diduga mencabuli 10 murid perempuan di Depok. 

Sikap keras MUI berperan disana untuk mengecam MMS. Hal yang sama pun terjadi di pondok pesantren di Cibiru, Kota Bandung, Jawa Barat, dimana HW merudakpaksa 12 murid santriwati, dan tragisnya lagi dilansir dari detik.com (22/12/2021), ditengah situasi kedukaan, masyarakat Lumajang sebagai dampak letusan gunung Semeru, warga dihebohkan dengan  pelaksanaan syuting sinetron dengan judul "Terpaksa Menikahi Tuan Muda (TMTM)". 

Bukan syuting sinetron yang dihebohkan tetapi dalam syuting sinetron itu, ada adegan pelukan di depan anak-anak. Dan masih banyak lagi petaka yang mungkin belum muncul ke permukaan. Kalau ada sekarang saja, tentu tak dapat dicatat disini, mungkin tak termuatkan.

Selain berbagai petaka yang disebutkan tadi, masih lagi peristiwa-peristiwa yang penakjubkan yang menjadi harapan manusia. Peristiwa-peristiwa itu datang dari dunia ilmu astronomi yang dilangsir NASA seperti diungkapkan detik.com (16/12/2021) bahwa peswat NASA berhasil "sentuh" Matahari untuk pertama kali. Dari keajaiban ini diungkapkan bahwa tidak rata antara atmosfer Matahari dan angin Matahari yang keluar.

Yang sama juga dari detik.com (17/12/2021) memberitakan ada bungker mewah anti kiamat yang dilengkapi dengan fasilitas kolam renang hingga bioskop. Masih dari dunia ilmu pengetahuan, Kompas.com (23/12/2021) para ilmuwan menemukan di bawah lapisan es ekstrom di Antartika,ada kegelapan. 

Dalam kegelapan itu ternyata ada ekosistem kehidupan yang sudah lama ribuan tahun. Bahwa dalam negeri sendiri, viral Heri Suyanto, tamatan STM merakit pesawat terbang dengan menghabiskan biaya 600 juta, pesawat itu dibawanya pulang ke kampung di Lamongan. Ini berita yang luar biasa, karena anak Indonesia memiliki kemampuan yang demikian hebat.

Dan saking mau membumikan kecanggihan teknologi masa kini dan masa depan, tak ketinggalan media tercinta kita Kompasiana (22/12/2021) menampilkan satu topik pilihan dengan judul "Menyongsong Dunia Bari: Metaverse!" Kompasiana meminta Kompasianer membagikan opini atau gagasan yang terkait dengan Metaverse. 

Hemat saya, secara tidak langsung Kompasiana menyiapkan mental (jiwa) dan fisik (badan) Kompasianer untuk menghadapi perkembangan teknologi jenis Metaverse ini.

Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, penggalan syair Indonesia Raya ini, sudah sering kita ucapkan. Sekurang-kurangnya, kita hafal syair lagu ini. Mungkin saking hafal dan menyanyikan, lupa akan muatan seruan sang pencipta lagu ini. Seruan sang pencipta, tidak lagi seruannya sendiri. Sudah menjadi seruan rakyat berbangsa dan bernegara Indonesia.

Seruan "bangunlah jiwa... bahwa rakyat Indonesia membangun jiwanya. Membangun jiwa, bukan pekerjaan seorang diri saja tetapi semua orang. Membangun jiwa dengan pendidikan. Karena melalui pendidikan ini "jiwa terbebaskan", jiwa bukan dipenjara badan lagi. 

Disinilah, pencapaian jiwa yang merdeka dan bebas secara pribadi. Dan secara sosial bersama-sama yang lain, jiwa dibangun melalui pendidikan supaya mampu berdemokrasi.

Bangunlah jiwanya..., tidak hanya melalui pendidikan. Bisa melalui kehidupan sosial, hidup bersama. Maka pengalaman-pengalaman hidup, berbagai peristiwa yang ditampilkan ke ruang publik, dapat menjadi bahan studi bersama. 

Jiwa berkelana, memetik nilai-nilai kehidupan sosial, jiwa membedakan mana yang baik dan benar, mana yang salah dan tidak benar. Tentu yang baik dan benar, akan menumbuhkan jiwa yang berkualitas, sementara yang salah dan tidak benar, jiwa akan menjadi kerdil, penakut, dan akan menjadi "sublimasi diri atau suatu kelompok tertentu".

Bangunlah badan... di negeri ini seakan menjadi prioritas. Seakan malu kalau dilihat, badan atau fisiknya tak terawat, lusuh atau rusak. Seakan kalau tidak dibangun badan atau fisik, kita begitu ngotot dan paksa diri untuk dibangun. 

Padahal, dampaknya selalu ada penyelewengan. Orang-orang bersembunyi dibalik membangun badan atau fisik, tetapi jiwanya penuh dengan berbagai perencanaan yang jauh dari norma dan etika kehidupan.

Semestinya, utamakan membangun jiwa, karena itu syair lagu Indonesia Raya menyebut bangun jiwanya terlebih dahulu. Atau sekurang-kurangnya, bangunlah jiwa... bangunlah badannya, seimbang. Seimbang di semua tempat atau daerah. 

Keseimbangan inilah yang akan membawa dampak positif, saling menerima, saling menghargai, saling membanggakan, dan lain-lain. Keseimbangan, mampu menekankan gejolak kehidupan sosial. Keseimbangan dalam membangun jiwa dan badan, itulah tuntutan kita bersama, tentunya.

Mari, kita bangkit. Bersama-sama bersatu membangun keseimbangan jiwa dan badan untuk menegakkan Indonesia Raya. Beragam kekayaan yang kita miliki. Modal manusia, menjadi keutamaan. Ada banyak manusia Indonesia hebat. Ada banyak ragam budaya, bahasa, karya dan karsa, yang menjadi daya cipta orang hebat di negeri ini. Namun, harus diakui bahwa ada juga segelitir manusia Indonesia yang menyalahi kekayaan dirinya untuk kepentingan diri, hedonism diri, dll. Ini pun harus dibutuhkan re-edukasi, supaya kesadaran bersama untuk Indonesia Raya, utuh, bersama dan mensejahterakan.***

Pangkalpinang, 23 Desember 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun