Dan saking mau membumikan kecanggihan teknologi masa kini dan masa depan, tak ketinggalan media tercinta kita Kompasiana (22/12/2021) menampilkan satu topik pilihan dengan judul "Menyongsong Dunia Bari: Metaverse!" Kompasiana meminta Kompasianer membagikan opini atau gagasan yang terkait dengan Metaverse.Â
Hemat saya, secara tidak langsung Kompasiana menyiapkan mental (jiwa) dan fisik (badan) Kompasianer untuk menghadapi perkembangan teknologi jenis Metaverse ini.
Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, penggalan syair Indonesia Raya ini, sudah sering kita ucapkan. Sekurang-kurangnya, kita hafal syair lagu ini. Mungkin saking hafal dan menyanyikan, lupa akan muatan seruan sang pencipta lagu ini. Seruan sang pencipta, tidak lagi seruannya sendiri. Sudah menjadi seruan rakyat berbangsa dan bernegara Indonesia.
Seruan "bangunlah jiwa... bahwa rakyat Indonesia membangun jiwanya. Membangun jiwa, bukan pekerjaan seorang diri saja tetapi semua orang. Membangun jiwa dengan pendidikan. Karena melalui pendidikan ini "jiwa terbebaskan", jiwa bukan dipenjara badan lagi.Â
Disinilah, pencapaian jiwa yang merdeka dan bebas secara pribadi. Dan secara sosial bersama-sama yang lain, jiwa dibangun melalui pendidikan supaya mampu berdemokrasi.
Bangunlah jiwanya..., tidak hanya melalui pendidikan. Bisa melalui kehidupan sosial, hidup bersama. Maka pengalaman-pengalaman hidup, berbagai peristiwa yang ditampilkan ke ruang publik, dapat menjadi bahan studi bersama.Â
Jiwa berkelana, memetik nilai-nilai kehidupan sosial, jiwa membedakan mana yang baik dan benar, mana yang salah dan tidak benar. Tentu yang baik dan benar, akan menumbuhkan jiwa yang berkualitas, sementara yang salah dan tidak benar, jiwa akan menjadi kerdil, penakut, dan akan menjadi "sublimasi diri atau suatu kelompok tertentu".
Bangunlah badan... di negeri ini seakan menjadi prioritas. Seakan malu kalau dilihat, badan atau fisiknya tak terawat, lusuh atau rusak. Seakan kalau tidak dibangun badan atau fisik, kita begitu ngotot dan paksa diri untuk dibangun.Â
Padahal, dampaknya selalu ada penyelewengan. Orang-orang bersembunyi dibalik membangun badan atau fisik, tetapi jiwanya penuh dengan berbagai perencanaan yang jauh dari norma dan etika kehidupan.
Semestinya, utamakan membangun jiwa, karena itu syair lagu Indonesia Raya menyebut bangun jiwanya terlebih dahulu. Atau sekurang-kurangnya, bangunlah jiwa... bangunlah badannya, seimbang. Seimbang di semua tempat atau daerah.Â
Keseimbangan inilah yang akan membawa dampak positif, saling menerima, saling menghargai, saling membanggakan, dan lain-lain. Keseimbangan, mampu menekankan gejolak kehidupan sosial. Keseimbangan dalam membangun jiwa dan badan, itulah tuntutan kita bersama, tentunya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!