Mohon tunggu...
Alfonsus G. Liwun
Alfonsus G. Liwun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Dum spiro spero... email: alfonsliwun@yahoo.co.id dan alfonsliwun16@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Novia Widyasari Rahayu, Korban Kemanusiaan

7 Desember 2021   15:11 Diperbarui: 7 Desember 2021   15:11 1018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novia Widyasari Rahayu, Korban Kemanusiaan. Sumber: sewaktu.com

Saya tidak mengenal Novia Widyasari. Saya kenal melalui berita-berita pada akhir-akhir ini. Saya mencoba membuka media sosial seperti FB, IG, Twitter, dan media online lainnya, lalu mencoba membaca secara perlahan, apa gerangan informasi yang ditayangkan media-media itu. Menelusuri halaman demi halaman, mencoba memahami dengan lebih mendalam. Getir memang rasa ini. Rasa yang muncul tanpa tidak melalaikan akal budi, hanya sepenggal kalimat yang terucap: Novia, korban kemanusiaan. Inilah juga menjadi judul tulisan mini saya kali ini.

Novia, mahasiswi yang bercita-cita menjadi guru

Naas menang perjalanan hidup Novia Widyasari Rahayu, mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB), angkatan 2016, yang beberapa hari belakangan ini menjadi viral di media sosial. Cita-citanya menjadi guru, tak kesampaian.

Padahal cita-citanya ini berlatarbelakangkan, rasa kemanusiaan yang dilihat dan dialami oleh teman-temannya yang tidak mampu membayar SPP, semacam sekolah di SMA. Tidak hanya itu, rasa kemanusiaan pun mendorongnya menjadi guru akibat situasi sosial yang dialaminya sebagai akibat alienasi dari teman-temannya yang mampu kepada teman-teman yang tak mampu di lingkungan sekolah. Situasi sosial yang merobek rasa kemanusiaannya, Novia memutuskan untuk menjadi guru di Fakultas Ilmu Budaya. Bisa dibaca disini

Perjuangan Novia menjadi guru, kandas juga karena ketegaran hati seorang laki-laki yang disebut sebagai pacar, yang disebut Bripda Randy. Dan cita-cita menjadi guru pula dibawa dalam impian yang panjang, sebagai akibat rasa kemanusiaan yang tidak digubris oleh Bripda Randy. Kini, Novia membawa cita-cita dan rencana hidupnya kepada sosok sang ayah yang dicintainya, yang telah mendahului. 

Pelukkan kasih sang ayah menerimanya, mungkin saja sambil berbisik ke telinga Novia, "iya... anakku, begitulah rasa kemanusiaan" yang dihadirkan didalam dunia sosial masa kini. Bahwa kasih sayang, tak mudah diterima. Hanya rasa manis yang ditelan, namun selebihnya dihempas tanpa merasa dan memikirkan lebih panjang kehadiran sang Khalik, penguasa hidup dan mati seorang peziarah di bumi ini.

Novia, telah berjuang keras untuk mendamaikan situasi hidup yang dialaminya. Ia takut akan situasi sosial yang akan menjerumusnya. Rasa takutnya ini, ia nyatakan dengan berusaha dan terus berusaha baik menjumpai keluarganya, keluarga Bripda Randy maupun diungkapkanya melalui media sosial.

Rupanya tak mempan juga. Kemanusiaan seakan sirna. Yang ia alami ialah kekejaman perilaku pacarnya. Bagaimana tidak, hanya memiliki kemampuan menutup aib dengan dua kali aborsi. Rasa kemanusiaan tercabik begitu mendalam, kedamaian pun menjadi sebuah ilusi bagi Novia. Sangat kontrak produktif seperti diungkapkan Erick Fromm dalam bukunya The Fear of Freedom (1942), "...kita harus bisa mendapatkan sebuah kebebasan yang baru, yakni kebebasan yang membuat kita mampu untuk mengaktualisasikan jatidiri kita masing-masing, untuk memiliki kepercayaan yang mendalam atas diri sendiri dan atas hidup itu sendiri". 

Menggugat Rasa Kemanusiaan

Rasa adil, hormat, peduli, solider, bela rasa, dan lain-lain adalah jiwa kemanusiaan yang seharusnya dimiliki oleh semua manusia di jagad raya ini. Sapere aude! Beranilah memahami, beranilah memakai pikiran sendiri, adalah bagian dari otoritas diri setiap orang, untuk memahami akan rasa kemanusiaan. Ketika rasa kemanusiaan itu tidak hadir dalam diri, artinya ada sesuatu yang aneh dengan diri. 

Inilah yang ada pada diri seorang Bripda Randy. Hanya mampu menyembunyikan aib yang dibuatnya. Namun, rasa kemanusiaan diabaikan. Nurani beku, sampai melupakan peran perempuan yang hadir dalam dirinya. Jika Bripda Randy memiliki rasa kemanusiaan, aborsi tak perlu dilakukan. Gentlemen dong, harus menerima dan berani memakai akal budi yang sehat untuk menerima Novia sebagai "teman seperjalanan".  

Rasa kemanusiaan, sebuah rasa yang bebas. Bebas dalam pengertian ini adalah merdeka. Merdeka dalam pemikiran I. Kant, filsuf dan salah satu tokoh Pencerahan pada akhir abad ke-18, mengungkapkan merdeka untuk menggunakan akal budi (Vernunt). Akal budi, salah satu bagian manusia. Bagian ini terabaikan Bripda Randy dalam realitas hidup bersama Novia. Novia "terpental" hanya karena akal budi Bripda Randy, tak digunakan secara bijaksana layaknya seorang manusia dewasa.

Selain I Kant menyebut akal budi sebagai salah satu bagian yang tak terpisahkan dari manusia, bagian lain disebutnya dengan nama "publik". "Publik" sama dengan arena. Di area publik inilah, setiap orang melihat dan membaca, apakah orang yang dewasa mampu menggunakan akal budinya. Novia, telah tiada. Ia meninggal di samping kubur ayahnya.

Viral kisah Novia, bukan karena ia meninggal, tetapi boleh dibilang, Bripda Randy tak mampu menggunakan kebebasannya untuk menerima Novia sebagai "teman seperjalanan". Meninggal Novia ialah "arena publik". Dari arena publik inilah, orang sejagad baru memahami bagaimana perjuangan hidup yang dijalankan Novia selama ini. Novia mengalami alienasi dari pacarnya, Bripda Randy dan putusasa dengan dirinya sendiri. Ia mengadu namun responsnya tak berguna. Ia memilih cara, mengaduh pada sang ayah. Selesailah!

Rasa kemanusiaan, terbenam, kini muncul ke "publik"

 Bagi I. Kant, "publik" ialah arena dimana akal budi dipertunjukkan. Dan orang-orang dapat melihat dan memahami, sejauhmana orang menggunakan akal budinya. Novia, di "publik", menggunakan akal budinya secara dewasa. Ia berjumpa dengan keluarganya, keluarga Bripda Randy, dan mungkin sahabat-sahabatnya untuk membantu dia memberi solusi. Bisa saja, orang-orang telah membantunya dengan caranya. Dan belum menemukan titik kulmunasi yang jelas.

Namun, sisi inilah yang sebenarnya "arena" kemanusiaan dipertaruhkan. Rasa kemanusiaan: keadilan, hormat, solider, peduli, dan lain-lain bukan menjadi fokus dunia sosial masa kini. Egoisme diri, hedonisme, dan fatalisme telah menggerogoti hati nurani, dan kini menjadi penguasa, yang mengikis habis rasa kemanusiaan itu. Novia, mundur diri. Ia akhirnya berpasrah dengan perjuangannya. Mengambil keputusan yang tidak dikehendaki publik. Inilah fakta, bahwa Novia tak sanggup menghadapi realitas dan rasa kecewa yang diterimanya.

Kini, publik menyoroti kisahnya. Apresiasi rasa kemanusiaan muncul ke ruang publik. Hemat saya, ini bukan hal baru. Tetapi justru keterlambatan dalam hal kesadaran. Sadar bahwa baik atau buruk, selalu datang terlambat, ketika kisah itu bermakna korban dan derita. Pada titik inilah yang sekarang dimiliki oleh "dunia viral".

Pangkalpinang, 7 Desember 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun